Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Tim Dosen UNS Kembangkan Perikanan Digital Bioflok Lele di Sragen

Tim dosen dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengembangkan perikanan digital bioflok lele di Sragen.

Editor: Aji Bramastra
zoom-in Tim Dosen UNS Kembangkan Perikanan Digital Bioflok Lele di Sragen
Hari Maghfiroh
Tim Dosen UNS Kembangkan Perikanan Digital Bioflok Lele di Sragen. 

Oleh : Hari Maghfiroh
Teknik Elektro Universitas Negeri Sebelas Maret Solo

Tim  dosen dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengembangkan perikanan digital bioflok lele di Sragen.

Perikanan digital bioflok lele tersebuat terdiri dari alat pemberi makan ikan otomatis atau disebut auto-feeder dan monitoring kondisi air kolam.

“Dengan alat ini maka para peternak lele tidak usah khawatir dalam pemberian pakan ikan, bahkan ketika ditinggal pergi untuk beberapa hari karena alat dapat bekerja secara otomatis,” ungkap Hari Maghfiroh, dari Teknik Elektro UNS, Kamis (29/8/2019).

Selain itu, alat tersebut dilengkapi monitoring kondisi air yang berupa pH, suhu, dan ketersedian pakan di ember penampung pakan yang terhubung ke internet, sehingga pengguna dapat memantau kondisi kolam dan ketersediaan pakan secara langsung dimanapun selama ada koneksi internet.

“Alat ini dibuat sederhana dan murah agar dapat dioperasikan dan terjangkau bagi peternak lele kelas menengah kebawah," imbuh Hari.

Menurutnya, kelebihan lain dari alat ini adalah portabel sehingga bisa dipindah ke tempat lain serta dapat difungsikan untuk memberi pakan hingga empat kolam sekaligus.

Berita Rekomendasi

Adapun biaya pembuatan alat ini yaitu Rp 4 juta dan dapat berkurang jika diproduksi secara massal.

Konsumsi listriknya cukup hemat yaitu 20 watt dan itu hanya ketika mesin autofeeder bekerja berdasarkan seting waktu yang diberikan.

“Alat ini masih dikembangkan lebih lanjut untuk kedepannya memakai energi dari panel surya sehingga lebih hemat dan ramah lingkungan,” ungkapnya.

Pihaknya berharap agar rekayasa teknologi yang dikembangkan ini bisa membantu meningkatkan produktivitas para peternak lele khususnya kalangan menengah ke bawah. (*)

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas