Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners

Tribunners / Citizen Journalism

Menuju Kursi PSSI-1, Ketika 'Kucing' Berkawan dengan 'Tikus'

Sebab itu, BE juga membuka tangan ketika caketum PSSI lainnya, Farry Djemy Francis mengandengnya untuk berjuang bersama-sama di KLB.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Menuju Kursi PSSI-1, Ketika 'Kucing' Berkawan dengan 'Tikus'
Tribunnews.com
Ketua Komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN) Suhendra Hadikuntono. 

TRIBUNNEWS.COM - “Tak penting kucing itu hitam atau putih, yang penting bisa menangkap tikus,” kata Deng Xiao Ping (1904-1997).

Tak penting apakah harus merangkul atau memukul mafia sepak bola, yang penting bisa duduk di kursi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI)-1.

Itulah barangkali prinsip yang dipegang para calon Komite Eksekutif dan Ketua Umum PSSI.




PSSI akan menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) pada 2 November 2019 untuk memilih Komite Eksekutif, terdiri atas Ketua Umum, dua Wakil Ketua Umum, dan 12 anggota, sehingga total ada 15 orang.

Keputusan menggelar KLB pada 2 November 2019 ini diambil PSSI dalam KLB di Ancol, Jakarta, 27 Juli 2019. KLB digelar karena Ketum PSSI Edy Rahmayadi mengundurkan diri dalam Kongres Tahunan PSSI di Bali, 20 Januari 2019.

Posisi Edy digantikan Joko Driyono selaku Pelaksana Tugas (Plt) Ketum PSSI yang sebelumnya menjabat Wakil Ketum 1 PSSI.

Baca: Suhendra Yakin KLB PSSI Tetap Dilaksanakan pada 2 November 2019 di Kalimantan

Edy, mantan Pangkostrad yang kini Gubernur Sumatera Utara, mengundurkan diri dari kursi PSSI-1 di tengah belitan match fixing (skandal pengaturan skor) yang tak kuasa ia atasi.

BERITA TERKAIT

Komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN) di bawah "kapten" Suhendra Hadikuntono kemudian menginisiasi pemberantasan match fixing bekerja sama dengan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri.

Polri kemudian membentuk Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola pada 21 Desember 2018. Enam bulan bekerja, Satgas berhasil menetapkan 17 orang pengurus PSSI sebagai tersangka, termasuk Joko Driyono.

Ketika Jokdri, panggilan akrab Joko Driyono, ditahan, posisinya digantikan Wakil Ketua Umum 2 PSSI Iwan Budianto selaku Plt Ketum PSSI.

Namun, keberadaan IB, panggilan akrab Iwan Budianto, di kursi PSSI-1 memantik kontroversi.

Pasalnya, ia juga sempat berurusan dengan Satgas Antimafia Bola.

Satgas mensinyalir ada aliran dana ke IB dan jajarannya ketika menjabat Ketua Badan Liga Amatir Indonesia (BLAI) tahun 2009.

Kasus IB bermula dari laporan Manajer Tim Perseba Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Imron Abdul Fattah, pada delapan besar Piala Soeratin 2009.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas