Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Catatan KH. Said Aqil Siroj: Bertauhid di Zaman Ujian

Iman dan tauhid pun juga begitu. Iman turun-naik. Hati mudah bolak-balik. Sebab, watak alamiah hidup adalah perubahan.

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Catatan KH. Said Aqil Siroj: Bertauhid di Zaman Ujian
Tribunnews.com/Dennis Destryawan
Ketum PBNU Said Aqil Siradj 

Bayan dan Kasyaf melimpah ruah, unlimited, dan sering membuat manusia mengalami kebingungan ilahiah (hairoh). Dalam kondisi hairoh tersebut, bayan dan kasyaf menghilang. Sifat-sifat dan Asma Allah tidak muncul lagi. Perhatian utama bagi hati sang hamba hanya Dzat Allah semata.

Imam Junaid al-Baghdadi menyebut kondisi Hairoh ini sebagai tadhmahillu fihi al-rusum wa al-‘ulum wayakunu Allah ta’ala lam yazal. Yaitu, meleburnya segala bentuk dan segala pengetahuan (kesadaran). Yang ada hanya Allah selama-lamanya.

Dalam kondisi yang melebur itu, seseorang memahami Haqiqotul Wujud dan menyaksikan Haqiqotus Syuhud. Dua istilah ini menggambarkan tentang pemahaman seseorang mengenai realitas dengan benar, dan menyaksikan kebenaran itu tunggal.

Haqiqotus Syuhud membuat manusia tidak terjatuh ke jurang kesalahan dalam memahami kehidupan. Di kehidupan ini, mereka khudur (hadir) bersama Allah. Kebersamaan yang menghilangkan kemampuan membedakan antara jiwa dan raga, dan perubahan-perubahan yang menimpa, baik dari internal maupun eksternal. Al-rusum dan al-‘ulum telah lebur, sirna, muspra.

Perjalanan tauhid ini begitu panjang. Tetapi digambarkan sederhana oleh Imam Junaid al-Baghdadi sebagai "al-khuruj min dhaiqi rasuli al-zamaniyah ila sa’ati fana’i as-sarmadiyah." Yakni, keluar dari temporalitas yang sempit menuju keabadian fana’ yang luas.

Sesuatu yang temporal (berubah-ubah) banyak macamnya, seperti perasaan susah dan senang, kondisi sehat dan sakit, rasa kecewa dan kepuasan syahwat, pengetahuan dan kebodohan, dan seterusnya. Tauhid itu, bagi Imam Junaid, jalan pembebasan dari temporalitas.

Wabah corona, misalnya, bagian dari temporalitas. Jadi, wabah ini pasti berlalu, entah cepat atau lambat. Karenanya, mampu keluar dari perasaan takut, khawatir, dan cemas berlebihan akan perkara temporal adalah bagian dari cara bertauhid yang benar. Sebaliknya, terjebak dalam kurungan temporalitas dapat menggoyahkan iman.

Berita Rekomendasi

Sudah saatnya kita semua selalu memohon taufiq dari Allah, agar hati kita dibimbing pada tauhid dan iman yang benar, termasuk dianugerahi ketenangan hati, kebahagiaan, kesehatan, kepuasan menerima kenyataan, dan kesejahteraan lahir-batin.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas