Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Pancasila Mencerdaskan Bangsa

Saatnya pemerintah membuat detail persiapan pelaksanaan New Normal yang operasional di luar aspek kesehatan

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Pancasila Mencerdaskan Bangsa
ISTIMEWA
Eva Kusuma Sundari 

Oleh Eva Sundari
Pendiri Kaukus Pancasila dan Ketua DPP Alumni GMNI
JAKARTA-“Dengan jiwa berseri – seri mari berjalan dengan terus, jangan berhenti, Revolusimu belum selesai, jangan berhenti sebab siapa yang berhenti, akan diseret oleh sejarah, dan siapa juga yang menentang jarak dan arahnya sejarah, tidak perduli ia dari bangsa apapun ia akan digiling dan digilas oleh sejarah” - Ir. Soekarno.

Seorang nasionalis seperti halnya Sukarno tidak akan pernah berhenti berpikir tentang dan untuk Indonesia. Bagi para nasionalis Revolusi tidak akan pernah berhenti hingga tujuan proklamasi yaitu Indonesia sebagai mercusuar dunia menjadi Kenyataan.

Gagasan dan mimpi Sukarno tidak terhenti di pembentukan sosialisme Indonesia, tetapi juga untuk tatanan dunia dalam bentuk sosialisme dunia yang berdasar Ketuhanan. Pikiran demikian konsisten diutarakannya dalam baik saat menyusun Marhaenisme dan kemudian kelak menjadi Pancasila.

Baca: Presiden Jokowi & Pejabat Negara Gelar Upacara Virtual Peringati Hari Lahir Pancasila, Ini Amanatnya

Dalam Marhaenisme, Sukarno mengajukan 3 postulat sekaligus sebagai tahapan perjuangan bangsa. Pertama, socio nasionalisme yaitu masa bersatu memerdekakan diri dari penjajahan.

Kedua, socio demokrasi yang berisi perjuangan mensejahterakan bangsa melalui demokrasi politik dan demokrasi Ekonomi. Ketiga, Ketuhanan karena bangsa Indonesia religius, bahkan sebelum kedatangan agama-agama.

Ketuhanan, juga merupakan ciri dan pembeda Ideologi Sosialisme Indonesia dengan menolak bentuk negara agama maupun negara sekuler seperti Komunisme apalagi Neo Imperialisme (Kapitalisme). Sukarno bahkan menegaskan bahwa Tuhanlah sumber energi saat ia memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Merujuk Sukarno, maka chaos pandemi global saat ini harus kita olah sebagai peluang untuk menciptakan kemajuan-kemajuan bagi Indonesia.

Berita Rekomendasi

Era New Normal merupakan saat tepat mewujudkan Ideologi Gotong Royong dari Pancasila yang inklusif. Hampir dipastikan cara hidup manusia saat merespon pandemi akan berkelanjutan meski pandemi kelak berhenti.

Baca: Puisi Spontan Romo Benny di Hari Lahir Pancasila

Sikap yang menolak (denial) terhadap realitas New Normal malah akan membuat bangsa ini terkucil bahkan bisa hilang dari komunitas dunia. Sebaliknya, sikap menerima (acceptance) dan terbuka akan memunculkan kreatifitas, inovasi, kerjasama yang bisa mengantar kita menjadi pemenang.

Gotong royong di tengah masyarakat yang selama ini ditunjukkan harus dilanjutkan dengan para pihak yang lebih luas termasuk dengan negara/ pemerintah. Persatuan selalu menjadi kunci kemenangan saat berperang termasuk menghadapi musuh virus maupun dengan pesaing negara-negara lain.

Entrepreneurisme kunci kemajuan
Tidak ada negara konsumen yang bisa menjadi negara kaya dan mercusuar dunia. Indonesia harus bertransformasi menjadi negara pencipta atau negara industri. Pandemi membuka mata kita bahwa kita punya potensi ka arah itu apalagi pasar domestic kita terbesar keempat di dunia.

Kita menjadi saksi bahwa rempah-rempah menjadi primadona baru dalam perdagangan dalam dan luar negeri. Perikanan malah menunjukkan kenaikan ekspor selama pandemi. Demikian juga bisnis rumahan oleh para Ibu rumah tangga bermunculan melalui sosmed.

Sebagai negara tropis terbesar di dunia, kita mempunyai peluang menjadi lumbung makanan dunia. Menjadi negara industri sudah bisa kita mulai setelah terbukti kita sukses mengolah nickel dan CPO menjadi bahan bakar. Ancaman krisis pangan dunia paska pandemi harusnya menjadi peluang ekspor kita.

Selama pandemi, perekonomian Indonesia tidak berhenti. Di banyak kepulauan di Indonesia Timur penduduknya terbebas dari virus corona. Mereka bahkan sedang mendiskusikan strategi pengembangan pariwisata kepulauan dan mencari insentif-insentif agar investor mau membuka kantor untuk bisnis di pulau mereka.

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas