Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Berkaca Sejarah, Pandemi Wabah Adalah Peristiwa Berulang
Tersebutlah tahun 1918–1919, wabah sejenis virus corona melanda Hindia Belanda, nama Indonesia ketika masih dicengkeram Belanda.
Editor: Setya Krisna Sumarga
OLEH : EGY MASSADIAH, Staf Khusus Kepala BNPB dan Anggota Satgas Covid 19
SIAPA masih berani mengingkari roda zaman? Ia benar-benar berputar. Bukan saja dalam arti kiasan, tetapi juga makna yang sebenarnya.
Awal mula, kita kenal rotasi bumi. Bumi berputar sambil mengelilingi matahari. Pergerakan bumi mengelilingi matahari disebut revolusi bumi.
Dalam bentuk kiasan, ada istilah rotasi nasib. Nasib manusia pun berputar mengelilingi takdir.
Tak pelak, dunia yang kita ketahui pun menjadi siang dan malam. Berlebih dan kekurangan. Sakit dan sehat.
Dua yang bertentangan bertumpuan. Dua yang berseberangan berhubungan. Dua yang mustahil dimungkinkan.
Dalam naskah drama AIB yang ditulis Putu Wijaya saat mondok di Wisconsin University, Madison USA tahun 1984 dan kemudian dipentaskan di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki 1985 -- dalam openingnya dibuka dengan kalimat : sejarah manusia tidak pernah bergerak, hanya nama pahlawan yang berganti ganti. Singkat kata, selalu ada pengulangan siklus peristiwa.
Lantas, apakah wabah juga punya siklus? Nah, topik ini yang hendak kita bahas.
Pada Juli dan Agustus 2020, Kepala BNPB yang juga Ketua Satgas Covid-19, Letjen TNI Doni Monardo engajak hadirin menyusuri lorong waktu. Jauh ke belakang, ke zaman kolonial.
Tersebutlah tahun 1918–1919, wabah sejenis virus corona melanda Hindia Belanda, nama Indonesia ketika masih dicengkeram Belanda.
Dokumen sejarah yang terbit di berbagai media ketika itu, adalah bukti nyata. Bukan hanya manuskrip, tetapi juga testimoni dari banyak narasumber generasi kedua atau ketiga.
Semuanya dikumpulkan secara teliti oleh tim sejarah Universitas Indonesia.
Sekadar menyebut sumber, baiklah kita sebut nama-nama media massa yang memberitakan wabah dahsyat di era kepemimpinan Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1916–1921, Johan Paul van Limburg Stirum.
Pertama, Algemeen Handelsblad edisi 30 Oktober 1918 dengan judul Spaansche Griep (Flu Spanyol). Kedua, De Masbode edisi 7 Desember 1918 dengan judul “Kolonien Uit Onze Oost, De Spaansche Ziekte op Java” (Dari Timur Kami, Penyakit Spanyol di Jawa).