Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Dihadiri Satu Juta Peserta dari 194 Negara, UPF Sukses Gelar KTT Virtual Rally of Hope
Dr Moon, sepeninggal suaminya pada tahun 2012, melanjutkan visi bersama dan sekarang telah berkembang menjadi gerakan perdamaian global
Editor: Toni Bramantoro
![Dihadiri Satu Juta Peserta dari 194 Negara, UPF Sukses Gelar KTT Virtual Rally of Hope](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/universal-peace-federation-akan-adakan-ktt-daring-virtual-rally-of-hope.jpg)
Universal Peace Federation (UPF) sukses menyelenggarakan Rally of Hope yaitu yang paling terakhir dari rangkaian KTT, yang nyata dan virtual, diadakan selama dua tahun terakhir. Acara ini mempertemukan ribuan pemimpin dunia yang mencari kultur bersama dari interdependensi, kemakmuran bersama, dan nilai-nilai universal. UPF merancang lima kegiatan serupa untuk tahun ini.
Reli ini adalah "Beyond Live" (lebih dari sekedar siaran langsung). Reli ini adalah tampilan teknologi digital yang memesona dari negeri K-pop di mana para pengguna internet langsung, yang lebih dari satu juta orang dari 194 negara dibuat terpesona selama dua setengah jam pada tanggal 9 Agustus 2020. Lebih dari 90 juta lainnya menonton melalui sebanyak 70 siaran langsung TV dan di berbagai aplikasi media sosial.
Dr. Hak Ja Han Moon, salah satu pendiri UPF bersama mendiang suaminya, Rev. Dr. Sun Myung Moon, dalam pidato khususnya menyampaikan, ingin membangun gerakan perdamaian dunia yang tak tertandingi masa hidup pendiri mana pun.
Dr Moon, sepeninggal suaminya pada tahun 2012, melanjutkan visi bersama dan sekarang telah berkembang menjadi gerakan perdamaian global yang membawa harapan dan visi baru bagi umat manusia di seluruh dunia.
Pada awal pidatonya Dr Moon menyapa semua para pembesar, yang telah ditemuinya secara pribadi pada KTT tingkat nasional, regional dan dunia selama beberapa tahun terakhir. Ia juga menyambut tetamu virtual dengan mengatakan, bahwa Ia telah menanti lama untuk bertemu semuanya. “Sejarah manusia.”
Lanjutnya, “telah menjadi sejarah perjuangan yang terus menerus, yang telah menyebabkan penderitaan umat manusia, serta penderitaan Tuhan, Pencipta kita dan Orangtua yang Pengasih.”
Dijelaskannya, dunia hewan hidup secara otomatis berdasarkan hukum penciptaan, dengan memberikan contoh kupu-kupu raja yang bermigrasi dan terbang ribuan mil dari Kanada ke Meksiko. Akan tetapi, manusia jatuh pada permulaan sejarah manusia dan kehilangan hubungan mereka dengan Tuhan dan prinsip-prinsip-Nya. Karena hal ini, sejarah telah menjadi jalan pemulihan yang panjang dan berat.
Dalam sambutan tanpa-naskah itu, Dr. Moon memberikan perhatian khusus pada pentingnya lembaga perkawinan dan keluarga.
“Kehidupan kita yang terbatas di bumi adalah persiapan bagi kehidupan kekal di akhirat. Jalan ke depan adalah untuk memahami dan hidup menurut prinsip-prinsip penciptaan Tuhan selagi kita berada di bumi,” ungkapnya.
Dr. Moon mengakhiri pidatonya dengan mengakui bahwa terbaginya Korea yang berkelanjutan merupakan penghalang utama bagi perdamaian. Dikenal dengan penuh kasih sebagai Mother (Ibu) Moon, beliau meminta pemirsa Korea untuk menjadi model anak-anak berbakti yang melayani Tuhan dalam kehidupan sehari-hari mereka dan bekerja untuk mewujudkan providensi-Nya di tanah air mereka dan di seluruh dunia.
Acara hari Minggu ini menghadirkan pembicara bintang dari Timur dan Barat, Utara dan Selatan. Mereka berbicara dengan suara bulat tentang pentingnya negara-negara bekerja sama untuk mengatasi dampak Covid-19, tentang perlunya nilai-nilai moral dan spiritual universal untuk ditanamkan ke dalam budaya kita, dan agar UPF memainkan peran kunci dalam memajukan agenda ini.
Ban Ki Moon, Sekretaris Jenderal PBB ke-8 dan Ketua Dewan Nasional untuk Mutu Iklim dan Udara, menyoroti empat bidang dari perhatian global: i) ketegangan antara AS dan China, ii) bangkitnya proteksionisme, iii) ancaman perubahan iklim, dan iv) krisis nilai, etika, dan modal sosial.
Meskipun ia menyebut ini sebagai "Perang Dingin baru di era COVID-19", ia juga percaya bahwa UPF "akan menjadi batu penjuru untuk membangun perdamaian abadi di seluruh dunia."
Hun Sen, Perdana Menteri Kerajaan Kamboja, menekankan bahwa "menjaga perdamaian dan keamanan di dunia adalah fondasi yang tidak boleh tidak untuk pembangunan dan harus diberi prioritas tertinggi." Pemulihan sosio-ekonomi dari Covid-19 tidak dapat diselesaikan di tingkat nasional, katanya, "Hal itu perlu pendalaman dan perluasan kerja sama internasional di semua bidang." Beliau menyebut vaksin Covid-19 sebagai "barang publik global".
![Baca WhatsApp Tribunnews](https://asset-1.tstatic.net/img/wa_channel.png)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.