Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Memancing di Air Bening
Sudah fitrah dalam kehidupan setiap orang, ingin mendapatkan dan melakukan sesuatu dengan lebih baik, dalam proses maupun maupun hasil.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Bagaimana menemukan root cause dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi? Serta apa yang harus dilakukan untuk langkah perbaikan?
Dalam perjalanan hidup sehari-hari, seringkali muncul pertanyaan apakah sudah cukup dengan yang kita lakukan saat ini atau mungkin ada hal-hal lain yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan kualitas hidup yang kita jalani.
Mengapa demikian? Dalam ajaran motivasi hidup dari agama apapun, sejak kecil kita sudah dikenalkan dengan kalimat positif: “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini”.
Jadi selalu harus ada peningkatan dari keadaan sebelumnya. Perbaikan dan perubahan mengajarkan peningkatan kualitas diri yang terus menerus.
Lalu, mengapa harus memancing di air bening, bukankah biasanya memancing di air keruh?
Banyak orang berfikir baru akan melakukan perbaikan dan perubahan tatkala stucked, mentok atau berada di kuldesak (jalan buntu).
Tekanan yang kuat dan jalan buntu sering membuat segala sesuatu yang biasa bisa kemudian berubah menjadi important (penting) dan urgent (genting).
Bayangkan, saat kita menemukan dan mengalami masalah dalam pekerjaan, atau mendapatkan keluhan, kritikan dan complain dari pihak lain.
Cara berfikir seperti ini cenderung membuat kita reaksioner, sehingga tindakan yang muncul adalah reaktif.
Mencari jalan keluar pada situasi tertekan dan silang sengkarut seperti ini tidak hanya menguras pikiran namun juga menghasilkan gagasan yang sesaat dan sporadis.
Memancing di air bening sebaliknya adalah bagaimana membangun sikap dan kebiasaan untuk melakukan perbaikan tanpa menunggu timbulnyamasalah.
Dengan kata lain bisakah kita mencuri start sebelum permasalahan dan suatu keadaan tidak normal muncul.
Mencuri start berarti menunjukkan inisiatif dan tanggungjawab yang lebih dalam, serta bertindak secara proaktif.
Perbaikan dilakukan bukan semata-mata karena tuntutan dan tekanan keadaan, namun karena kesadaran setiap saat harus ada perubahan, perbaikan dan peningkatan ke arah yang lebih baik.