Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Antara Pak Jakob, Pak Malik dan Muhammadiyah
Lantaran keakraban mereka pula Pak Jakob diundang menjadi narasumber di Tanwir Muhammadiyah di Denpasar, Bali.
Editor: Achmad Subechi
Suatu yang sangat penuh risiko di masa Orde Baru. Pak Malik bukan tidak menyadari risiko itu. Tapi bagi beliau, risiko adalah bagian dari perjuangan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar.
Di mana pemerintah lebih mementingkan formalitas seperti angka pertumbuhan ekonomi, konsep trickle down effect (tetesan ke bawah) tapi lekang pada substansi amanat pendiri bangsa yaitu keadilan, kemakmuran yang merata.
Pemerintah bertindak otoritarian, mengabaikan demokrasi.
Dalam beragama pun banyak yang mementingkan formalitas beragama daripada menjadikan nilai-nilai agama dalam gerakan kehidupan sehari-hari.
Agama sekadarmenjadi amalan ritual, tidak diimplemantasikan dalam kehidupan sehari sebagai panduan tugas khalifah di atas bumi.
Saya tidak mengira jika tulisan saya dimuat di bawah headline halaman 1 (utama). Padahal untuk sosok baru muncul di Kompas itu sangat sulit.
Selanjutnya setiap saya nulis beliau, selalu dimuat. Bahkan hampir selalu di halaman satu.
Pemimpin Redaksi Kompas Pak Jakob Oetama memberikan perhatian khusus. Pak Jakob menilai, Pak Malik adalah salah satu tokoh pembaruan Indonesia seiring dengan Cak Nur, Gus Dur.
Kedua tokoh ini sahabat beliau. Di Muktamar NU Situbondo tahun 1984, Pak Malik dan Cak Nur memberikan suport kepada Gus Dur sampa Muktamar selesai.
Akhirnya Pak Jakob dengan Pak Malik menjadi sahabat yang baik. Beberapa kali Pak Jakob berkunjung ke UMM.
Bahkan namanya dibadikan di salah satu ruangan Perpustakaan UMM dengan Jakob Oetama Corner. Lantaran keakraban mereka pula Pak Jakob diundang menjadi narasumber di Tanwir Muhammadiyah di Denpasar, Bali. Ini juga peristiwa yang sangat langka.
SAHABAT KARIB
Saya tertegun ketika menyimak pernyataan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy, Rabu (9/9).
“Dua hari ini bangsa Indonesia kehilangan tokoh pemaju pendidikan dan kebudayaan yang tak tergantikan yaitu Prof Malik Fadjar dan Pak Jakob Oetama. Pak Malik wafat kemarin lusa 7 September, Pak Jakob tanggal 9. Berdua seperti telah janjian. Kebetulan almarhum berdua bersahabat karib. Kebetulan juga saya sangat dekat Pak Malik dan dekat dengan Pak Jakob karena Pak Malik,” kata Muhadjir.