Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Apakah Manusia Purba Jawa Sudah Mampu Berbahasa?
Pakar Antropologi Ragawi dan guru besar UGM Prof T Jacob (almarhum) pernah menyebut Homo erectus Jawa masih dalam kemampuan protobahasa.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Organ ini terbuat dari otot, dan bagian bawah bercabang menjadi dua saluran yang lebih kecil, yakni esofagus atau kerongkongan dan laring.
Organ ini merupakan bagian dari sistem pernapasan sekaligus sistem pencernaan. Bagian teratasnya adalah nasofaring, berikutnya orofaring dan terbawahnya hipofaring atau laringofaring.
Nasofaring dan laringofaring merupakan bagian dari sistem pernapasan, sedangkan orofaring berperan pada sistem pencernaan maupun pernapasan.
Di sini tentu tidak mengesampingkan aparatus-aparatus tutur/ bahasa, antara lain mulut, gigi-geligi, palatum, bibir, lidah dan hidung.
Dengan kondisi itu kita dapat mendeskripsikan Homo erectus masih sangat terbatas berbahasa oralnya.
Komunikasi mereka menggunakan bahasa oral dengan masih banyak bantuan bahasa isyarat. Guru saya, Prof T Jacob menyebut Homo erectus Jawa masih dalam kemampuan protobahasa.
Secara berseloroh saya dapat mengatakan Homo erectus itu sedikit bicara banyak kerja; sebaliknya Homo sapiens seperti kita makin banyak bicara sedikit kerja.
Jadi saat ini tidak perlu heran jika di antara kita makin suka nyerocos, nyinyir, orasi berbusa-busa, berteriak-teriak demontratif.
Bahkan deklamasi panjang-lebar di depan khalayak, karena itu produk dari evolusi manusia, dan penanda Homo sapiens.(*)