Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Hubungan Kerajaan Sriwijaya dan Mdang Mataram di Jawa

Dalam sebuah sumber prasasti dari India menyebutkan kakek Balaputradewa, raja Sriwijaya adalah "raja Jawa"

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Hubungan Kerajaan Sriwijaya dan Mdang Mataram di Jawa
TRIBUNJOGJA/SETYA KRISNA SUMARGA
CANDI WUKIR - Yoni dan arca Nandi di Candi Wukir, Kadiluwih, Magelang, yang disebut dibuat Raja Sanjaya dari kerajaan Mdang di Mataram pada 732 Masehi. Di lokasi ini diyakini jadi penanda awal kehadiran dinasti Mataram masa Hindu/Budha. 

OLEH : MANUMAYALSHAQ, Pegiat LIterasi Sejarah di Pati, Jawa Tengah  

AWAL mula berdirinya kerajaan Sriwijaya di Sumatera tak ada hubungannya dengan kerajaan Mdang Matarãm di Jawa.

Setelah selang beberapa tahun kemudian berganti raja dan terakhir kali tercatat dalam sejarah terjadilah sebuah perkawinan silang, perkawinan politik antara Sriwijaya di Sumatera dengan kerajaan Mdang di Jawa.

Hubungan politik kerjasama dengan cara perkawinan inilah akhirnya kerajaan Sriwijaya di Sumatera dengan kerajaan Mdang di Jawa terjadi sebuah hubungan kekeluargaan.

Hasil dari perkawinan silang ini bertujuan membangun kerjasama dalam segala hal. Dalam prasasti Ligor A ditulis sebagai (tetangganya).

Dalam sebuah sumber prasasti dari India menyebutkan kakek Balaputradewa, raja Sriwijaya adalah "raja Jawa"

Dalam prasasti Nalanda India disebutkan Maharaja Balaputradeva adalah raja dari Svarnnadvipa.

Berita Rekomendasi

Ibunya Tara, putri Dharmasetu, permaisuri dinasti Soma (Soma­wangsa), raja perkasa penguasa matahari dari Yavabhumi.

Beliau dari dinasti Sailendra, yang dikenal sebagai pembunuh musuh-musuh yang gagah berani. 

Meskipun tulisan ini menyebutkan tentang pujian yang tinggi untuk semua pihak yang berwenang, dan  tidak mengandung informasi mengenai identitas mereka, juga nama ayahnya Balaputradeva tidak diberikan, namun nama kakek dikatakan memiliki julukan seperti Sailendravamsa­tilaka Sri Viravairimathana.

Artinya ‘mustika keluarga Sailendra pembunuh musuh-musuh yang gagah perwira’.

Merujuk pada pendapat sejarawan Zakharov, dalam karya tulisannya, satu-satunya raja Jawa, yang di maksud dalam hal ini adalah penguasa Mdang Matarãm yang memiliki gelar dan julukan  ‘mustika keluarga Sailendra pembunuh musuh-musuh yang gagah perwira’.


Tiada yang lain adalah Sri Maharaja Rakai Panamkarana Dyah Pancapana, sebagaimanan disebutkan di prasasti Kalasan 778 M, yang dalam Prasasti Mantyasih tahun 907 M disebut Sri Maharaja Rakai Panangkaran dan Wanua tengah III tahun 908 M, disebut sebagai Rake Panangkaran. Nama raja ini pula yang disebutkan di prasasti Ligor (775 M) dan Kelurak (782 M).

Menurut prasasti Wanua Tengah III, Rake Panangkaran ini berputra Rake Panaraban (yang dalam prasasti Mantyasih disebut Sri Maharaja Rakai Panunggalan). Rakai Panaraban berkuasa di Mdang, sesuai penanggalan di prasasti Wanua Tengah III, pada 784-803 M.

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas