Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Fenomena Malin Kundang di Parpol

Banyak yang tertegun, meskipun banyak pula yang tidak karena sebelumnya sudah digembar-gemborkan akan berdirinya partai tersebut.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Fenomena Malin Kundang di Parpol
TRIBUN/IRWAN RISMAWAN
Parpol kontestan Pemilu 2019. 

Oleh: Karyudi Sutajah Putra

TRIBUNNEWS.COM - Tepat 17 Ramadhan 1442 H, Kamis (29/4/2021), Amien Rais mendeklarasikan berdirinya Partai Ummat.

Banyak yang tertegun, meskipun banyak pula yang tidak karena sebelumnya sudah digembar-gemborkan akan berdirinya partai tersebut.

Yang lebih membuat tertegun justru mengapa pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) itu terusir dari partainya sendiri sehingga harus mendirikan partai baru.

Ada fenomena anak durhaka atau Malin Kundang di PAN.

Ternyata, fenomena serupa juga terjadi di partai politik lain.

Sebut saja Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Demokrat (PD).

Berita Rekomendasi

Di PKB, Muhaimin Iskandar berhasil menyingkirkan KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang merupakan deklarator PKB.

Di PD, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berhasil menyingkirkan para pendiri partainya, seperti Marzuki Alie dan Darmizal.

Di PKB, kini sejumlah kader menuntut digelarnya Muktamar Luar Biasa (MLB) untuk melengserkan Cak Imin, sang Ketua Umum. Di PD, para pendiri yang digamit Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko sudah menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) di Deliserdang, Sumatera Utara, 5 April lalu meskipun hasilnya tak diakui pemerintah.

Tapi baiklah. Itu semua bermula dari adagium, "Tak ada kawan atau lawan abadi, yang abadi adalah kepentingan". Yang tak habis pikir, mengapa justru yang terdepak adalah para pendiri?

Baca juga: Soal Isu KLB, Dewan Syura PKB: PKB Di Bawah Cak Imin Solid

Amien Rais mendirikan Partai Ummat setelah berselisih paham dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan terkait posisi PAN. Zulkifli yang tak lain adalah besan Amien Rais bandul pendulumnya lebih mengarah ke pemerintah.

Sedangkan Amien ke oposisi. Klimaksnya adalah Kongres V PAN di Kendari, Sulawesi Tenggara, 11 Februari 2021 yang kembali memilih Zulkifli sebagai Ketua Umum.

Padahal Amien Rais menjagokan Mulfachri Harahap.

Dalam kongres itu, Zulkifli berhasil meraup 331 suara, Mulfachri 225 suara, dan Dradjad Wibowo 6 suara.

Mimpi Amien Rais pun kandas di tangan besannya sendiri.

Konsekuensinya, mantan Ketua MPR RI ini tak mendapat jabatan apa pun di PAN.

Akhirnya, Amien pun hengkang dari partai yang ia dirikan. Disusul putra sulungnya, Hanafi Rais mundur dari DPR RI dan PAN.

Namun dalam deklarasi Partai Ummat, Amien justru mengangkat menantunya, Ridho Rahmadi sebagai Ketua Umum Partai Ummat, bukan anak kandungnya sendiri.

Padahal Zulkifli menjadi Ketua Umum PAN, Ketua MPR, Menteri Kehutanan, dan kemudian Wakil Ketua MPR, semua atas restu dan rekomendasi Amien Rais.

Di sinilah fenomena Malin Kundang muncul, kalau tak boleh disebut Brutus.

Di PKB, Cak Imin, panggilan akrab Muhaimin Iskandar, dipecat dari jabatan Ketua Umum PKB oleh KH Abdurrahan Wahid alias Gus Dur pada 2005.

Gus Dur menganggap kemenakannya itu telah berkali-kali melakukan kesalahan.

Yakni, gagal mengatur organisasi, bermain mata dengan Presiden SBY, berambisi menjadi wakil presiden 2009, dan berkonspirasi dengan seorang jenderal yang dekat dengan pemerintah untuk menggulingkan Gus Dur sebagai Ketua Dewan Syura PKB.

Lalu muncullah dua kubu PKB, yakni PKB kubu Gus Dur dan PKB kubu Cak Imim. Kedua kubu kemudian menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB).

Pada 30 April-1 Mei 2008, kubu Gus Dur menggelar MLB di Parung, Bogor.

Sementara kubu Cak Imin menggelar MLB pada 2-4 Mei 2008 di Ancol, Jakarta.

Aksi saling gugat di pengadilan pun terjadi di antara dua kubu. Namun putusan pengadilan tingkat pertama hingga kasasi ke Mahkamah Agung (MA) memenangkan kubu Cak Imin.

Sontak, Cak Imin pun dicap sebagai si Malin Kundang, bahkan Brutus. Maklum, ia yang saat itu baru berusia 26 tahun tiba-tiba melejit menjadi Wakil Ketua DPR.

Cak Imin pun kemudian menjadi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Semua itu tentu tak lepas dari jasa Gus Dur, sang paman.

Baca juga: Wakil Ketua Umum Pede Banyak Kader PAN akan Join Partai Ummat

Lalu, apa kata Cak Imin? "Saya tidak melawan Gus Dur. Tapi PKB akan saya bersihkan dari orang-orang yang mengganggu," katanya.

Alhasil, hingga kini PKB masih dalam genggaman Cak Imin.

Partai Demokrat pun setali tiga uang. SBY yang namanya tidak tercatat dalam 99 orang pendiri akhirnya menguasai partai ini.

Bahkan ia sempat mendaftarkan hak paten logo Mercy partainya atas nama pribadi.

Banyak pendiri PD yang kemudian tersingkir. Sebaliknya, SBY hendak melanggengkan kekuasaannya di PD dengan "mewariskan" takhta Ketua Umum ke putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono, setelah putra keduanya, Edhie Baskoro Yudhoyono sempat menjadi Sekretaris Jenderal dan kini Wakil Ketua Umum PD, serta tetap menjabat Ketua Fraksi PD di DPR. Fenomena Malin Kundang pun terjadi di PD.

* Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI), Jakarta.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas