Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Vaksinasi Lengkap di Amerika Serikat Boleh Lepas Masker
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan bahwa warga Amerika Serikat yang sudah lengkap di vaksin dapat beraktifitas tanpa menggunakan masker.
Editor: Alfin Wahyu Yulianto
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI
Mantan Direktur WHO Asia tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes
TRIBUNNEWS.COM - Seperti diketahui bahwa beberapa hari yang lalu Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan bahwa warga Amerika Serikat yang sudah lengkap di vaksin dapat beraktifitas tanpa menggunakan masker lagi.
Pengumuman ini antara lain berdasar rekomendasi “Center of Disease Control (CDC)” Amerika Serikat yang sudah terus di perbarui sampai 13 Mei 2021 tentang kebijakan yang mereka ambil berdasar perkembangan bukti ilmiah yang ada.
Tidak sedikit masyarakat yang bertanya apakah kebijakan serupa akan dapat juga diterapkan di negara kita. Tentu tidak mudah menjawabnya, yang jelas kita analisa saja bagaimana proses yang terjadi di Amerika Serikat, yang setidaknya melibatkan lima hal dan kemudian kita lihat juga data yang ada di negara kita.
Pertama, kebijakan di Amerika Serikat ini berdasar rekomendasi CDC yang berjudul “When You’ve Been Fully Vaccinated” secara jelas menyebutkan bahwa mereka yang sudah divaksin secara penuh dapat beraktifitas tanpa menggunakan masker dan menjaga jarak, kecuali kalau ada aturan lokal lain yang mengaturnya.
Kalau ditelaah lebih lanjut, yang CDC maksud sebagai “sudah divaksin secara penuh” adalah hanya kalau sudah 2 minggu sesudah penyuntikan dosis ke 2 vaksin Pfizer atau Moderna atau 2 minggu sesudah penyuntikan dosis tunggal vaksin Johnson & Johnson.
Kalau di luar itu maka dianggap belum divaksin secara penuh dan tetap harus pakai masker dan menjaga jarak. Kita ketahui bahwa vaksin yang sekarang digunakan di negara kita adalah Sinovac dan Astra Zeneca serta juga sudah ada izin EUA BPOM untuk vaksin Sinopharm, yang tentu saja mungkin saja di perluas ke jenis-jenis lain di masa datang.
Ke dua, harus diakui bahwa cakupan vaksinasi Amerika Serikat sudah cukup besar. Data per 14 Mei 2021 dari New York Times menunjukkan bahwa sekitar 155.3 juta orang di negara itu sudah menerima vaksinasi sedikitnya satu kali, dan sekitar 120,3 juta orang sudah divaksinasi lengkap dua kali dengan vaksin Pfizer-BioNTech dan juga Moderna serta satu kali dosis tunggal vaksin Johnson & Johnson.
Jadi, di Amerika Serikat sampai 14 Mei sudah ada lebih dari 59% penduduk yang divaksin setidaknya satu kali. Target Presiden Joe Biden adalah 70% orang dewasa sudah akan di vaksin pada 4 Juli mendatang.
Saat ini setiap harinya dilakukan penyuntikan 1,95 juta dosis vaksin seharinya di Amerika Serikat, dan bahkan disana pernah sampai 3,38 juta dosis sehari pada 13 April 2021 yang lalu.
Data lain dari Bloomberg.com menunjukkan bahwa pada 15 Mei 2021 sudah ada sekitar 268 juta dosis vaksin COVID-19 yang disuntikkan di Amerika Serikat. Sementara itu, data Kementerian Kesehatan kita pada 14 Mei 2021 pukul 18.00 menjukkkan sudah ada 13.700.389 masyarakat kita yang sudah mendapat suntikan dosis pertama dan 8.921.978 sudah mendapat dosis ke dua secara lengkap.
Hal ke tiga yang tentunya ikut jadi pertimbangan pengambilan keputusan di Amerika Serikat adalah pola kecenderungan epidemilogi tentang naik turunnya jumlah kasus dan kematian di negara itu.
Hal ke empat yang jadi pertimbangan keputusan tidak memakai masker dan tidak perlu menjaga jarak kalau sudah divaksin lengkap adalah sebagai salah satu cara untuk memotivasi masyarakat untuk di vaksin.
Dalam rekomendasi CDC 12 Mei 2021 berjudul “How Do I Find a COVID-19 Vaccine?” jelas dicantumkan bahwa untuk mereka yang belum divaksin untuk segera divaksin.
Dua minggu yang lalu saya juga mengikuti suatu pertemuan internasional tentyang vaksin COVID-19 dan teman dari salah satu negara bagian di Amerika Serikat menceritakan bagaimana upaya mereka untuk mengajak masyarakat disekitar RS nya untuk divaksin. Selain ke empat hal diatas maka tentu mungkin saja ada pertimbangan ke lima, yang menyangkut “social determinant of health”.
Kita masih akan terus mengamati bagaimana perkembangan vaksinasi COVID-19 di masa datang, baik di dunia maupun di negara kita.(*)
![Baca WhatsApp Tribunnews](https://asset-1.tstatic.net/img/wa_channel.png)