Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Manfaat Berlibur dan Berkah Alam Kita
Berlibur itu berarti menambah pengetahuan tentang berbagai macam hal, belajar hal lain yang selama ini tidak kita dapatkan dan masih banyak lagi.
Editor: Setya Krisna Sumarga
OLEH : AWESTI TUNGGO ARI, Alumnus Notariat FH UGM
BERLIBUR sudah menjadi kebutuhan hidup penting bagi kita sekarang. Berlibur bersama keluarga adalah pilihan yang lebih sering saya ambil.
Bukan sekedar sarana stress release, tetapi ada beberapa manfaat lain yang didapat dengan aktivitas berlibur bersama ini.
Di antaranya semakin mendekatkan hubungan batin dengan anggota keluarga lain, meningkatkan kualitas hubungan antar anggota keluarga, dan menciptakan pengalaman batin yang berbeda dari pada sekedar terus berada di rumah.
Liburan juga kesempatan berdialog mendalam dengan anak saat mereka pulang, menikmati keindahan alam, menikmati suasana yang berbeda dengan rumah tinggal.
Berlibur itu berarti menambah pengetahuan tentang berbagai macam hal, belajar hal lain yang selama ini tidak kita dapatkan dan masih banyak lagi.
Wisata bersama ke tempat wisata yang dekat lebih sering saya pilih saat kami, saya dan suami, perlu membicarakan hal hal yang penting dengan anak.
Biasanya kami berbicara tentang perkembangan studi mereka saat mereka, rencana ke depan yang mereka miliki, dan hal lain yang berhubungan dengan masa depan anak.
Berdialog dengan anak saat wisata bersama, saya rasakan lebih efektif dari pada mengajak anak duduk di sofa dan kemudian bicara.
Suasana menjadi lebih fleksibel dan tidak kaku saat dialog dilakukan dalam suasana hati yang bahagia.
Sembari berwisata, kami biasa berdiskusi tentang hal yang kami temui. Dengan diskusi bersama anak dan suami, maka pengetahuan saya pun bertambah.
Tidak hanya sekedar mengamati apa yang saya lihat di lokasi wisata, tapi berpikir lebih mendalam tentang kenapa fenomena yang kami lihat terjadi, apa yang melatar belakangi, bagaimana di waktu yang akan datang hal hal itu bisa menjadi lebih baik.
Tentu saja diskusi kebanyakan berkisar latar belakang ilmu yang kami miliki. Pandemi yang belum juga berakhir, lebih sering memaksa kita untuk mengunjungi lokasi wisata yang dekat dengan tempat tinggal, karena berbagai macam alasan.
Kemarin siang, sepulang dari ziarah ke Goa Sriningsih Klaten, tanpa saya ketahui sebelumnya, suami meminta anak untuk menuju Obelix Hills yang masuk dalam wilayah Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman.
Dari Gua Sriningsih, kami menempuh jarak 8 km dengan waktu tempuh 15 menit. Jalan memang cukup sempit dan berliku dari arah Sriningsih.
Oblix Hills adalah lokasi wisata baru, soft opening baru dilaksanakan 5 Mei 2021 lalu. Sebelumnya, lokasi wisata baru itu, saya ketahui lewat postingan teman di FB.
Lokasinya berdekatan dengan Candi Ratu Boko, Candi Ijo. Sesampai di lokasi, kami dihadang petugas yang menarik uang sebesar Rp 5.000 untuk ongkos parkir.
Kemudian menuju lokasi parkir. Kamipun lalu berjalan menuju arah pintu masuk. Di sini protokol kesehatan dijalankan. Disediakan tempat cuci tangan dan ada petugas yang mengukur suhu badan.
Setelah itu kami membayar tiket masuk di loket yang disediakan. Setiap pengunjung dikenai beaya Rp 15.000.
Sembari berjalan memasuki lokasi, kami melihat souvenir shop di sisi kiri. Di sana terpajang beberapa kerajinan tangan berupa tas wanita, makanan kecil dan cosmetics produk skin care centre yang cukup besar dan terkenal.
Saya memang tahu dari postingan teman tadi, lokasi wisata itu dimiliki oleh owner skin care tadi.
Tidak lama setelah kami berjalan, nampak 2 space yang menjorok yang dipagari kaca, tempat kita menikmati pemandangan dan mengambil gambar.
Di sini kami antri dengan pengunjung lain, supaya jarak fisik tetap terjaga. Pemandangan yang disuguhkan sungguh indah, alami, mengagumkan hati saya.
Dari sana bisa kita lihat juga, bahwa di bawahnya terdapat coffee shop dan resto yang dipayungi dengan entah material apa yang berwana putih, menambah keindahan pemandangan yang kita dapat.
Setelah puas mengelilingi lokasi wisata yang memaksa untuk naik turun tangga, kamipun berniat makan siang.
Namun niat itu kami urungkan sebab pengunjung di resto cukup banyak. Akhirnya kamipun memutuskan makan siang di tempat lain.
Sambil berjalan, di dalam mobil kamipun berdiskusi. Saya lebih dulu membuka diskusi itu dengan kalimat , “ Sayang ya, tempat yang begitu bagus tetapi tidak dikelola Pemda setempat. Seandainya dikelola, maka akan ada pemasukan bagi APBD, mengingat lokasi itu potensial mendatangkan uang”.
Suamipun menimpali ,“ Iya negara tidak hadir di sana”. Sayapun kemudian teringat kembali beberapa lokasi wisata lain yang dikelola oleh perorangan pemilik modal, seperti pantai Indrayanti, Heha Sky View dan beberapa tempat lain sebagai akibat ketidak hadiran negara.
Sama seperti pembangunan beberapa prasarana fisik lain, sebetulnya negara dalam hal ini Pemda bisa mengambil peran di lokasi lokasi wisata potensial itu.
Jika tidak tersedia dana cukup untuk itu, pemerintah bisa menjalin kerja sama dengan swasta, sehingga pemasukan daerahpun akan bertambah.
Kemudian saya bertanya lebih lanjut ke suami, ”Skema apa yang bisa dipilih untuk kerja sama pengelolaan wisata seperti itu?”
Suamipun menjawab, “ Bisa dengan PPP (Privat Public Partnership), pemerintah bisa menyediakan lahan, kemudian pembangunan dan pengelolaan diserahkan swasta dengan skema kerja sama yang saling menguntungkan.”
Saya pun kemudian pagi ini tadi, diberinya PPT materi kuliah yang diajarkannya. Ternyata memang ada beberapa bentuk kerja sama yang bisa dipilih kedua belah pihak dengan cara yang sama sama membawa keuntungan bagi keduanya.
Latar belakang pendidikan saya yang berbeda dengan suami, meskipun sama sama non eksakta, ternyata lebih sering membawa manfaat bagi saya pribadi.
Sayapun jadi teringat pantai pantai sangat indah di daerah Gunung Kidul yang sering saya kunjungi bersama keluarga.
Banyak di antara pantai pantai itu yang dikelola oleh Pokdarwis ( Kelompok Sadar Wisata) karena ketidak hadiran negara.
Masih mending kalau dikelola Pokdarwis, sebab manfaatnya bisa dirasakan oleh kelompok, bukan perorangan semata.
Harapan saya hendaknya mulai sekarang negara , dalam hal ini Pemda hadir, mengelola resources yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semoga (*)