Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Urgensi Kreativitas dalam Moralitas (Bagian Kedua)
Tenaga pendidik bukanlah manusia superior yang tidak pernah luput dari kekeliruan dalam menyampaikan literasi keilmuan kepada anak didiknya.
Editor: Dewi Agustina
PERAN strategis para tenaga pendidik di dalam proses literasi salah satunya adalah kemampuan dalam menciptakan suasana anak didiknya dapat berpikir aktif dan keratif serta kritis terhadap suatu pembahasan.
Dalam buku ini disampaikan bahwa tenaga pendidik (guru atau dosen) bukanlah manusia superior yang tidak pernah luput dari kekeliruan dalam menyampaikan literasi keilmuan kepada anak didiknya.
Pada tingkat perguruan tinggi diharapkan tenaga pendidik mampu menciptakan suasana kondusif minat studi anak didiknya (mahasiswa) untuk rela berkorban waktu dan perhatian dalam menempuh studinya.
Rasa menikmati dalam buku ini dikatakan dengan istilah passion, dengan passion inilah yang dapat meningkatkan minat dan motivasi mereka untuk bersusah payah menempuh menimba ilmu, karena dengan passion maka mendorong anak didik untuk berkorban mencari jawaban dari suatu permsalahan secara ilmiah dan keilmuan.
Karena dengan passion lah ia berlama-lama membaca buku-buku terkait teori yang sedang mereka pelajari.
Karena dengan passion lah mendorong berpikir tidak hanya pada kerangka waktu belajar yang tersedia melainkan ia akan menambah porsi waktu yang sudah teralokasikan dan bukan menggunakan waktu studinya pada sisa waktu.
Sebut saja misal Korea Selatan dalam proses pembelajaran studinya membutuhkan waktu berkisar antara 12 jam sampai dengan 14 jam setiap hariinya.
Baca juga: Urgensi Kreativitas dalam Moralitas
Buku ini juga menyampaikan bahwa berpikir tidak hanya pada sebatas ruang lingkup teori semata, apalagi teori yang sedang disampaikan merupakan teori-teori lama atau lawas yang relevansinya sedikit sekali dengan keadaan dan kondisi sekarang.
Berpikir "out of the box" merupakan cara menggali ide-ide baru yang dapat menghasilkan 'novelti' atau 'kebaruan'.
Memberikan kebebasan berpikir dengan sudah barang tentu berbasiskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi terapan sehingga dapat diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari baik untuk ruang lingkup ekonomi maupun ruang lingkup kehidupan sosial kemasyarakatan.
Misal pada negara-negara yang kaya akan pengembangan dan pembaharuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memasuki fase 17 tujuan pembangunan yang berkelanjutan, dimana salah satunya menjaga ekosistim dan kelangsungan alam yang seimbang (go green) sehingga dapat dirasakan pada setiap ranah bidang kehidupan ekonomi dan sosial umat manusia.
Bahkan penggunaan teknologi mengarah pembangunan yang mengurangi pemakaian bahan bakar dari sisa fosil (batu bara atau jenis mineral lainnya).
Contoh penggunaan tenaga surya dengan teknologi tertentu, cahaya pada siang hari diserap kemudian ditransfer dan disimpan serta dilipatgandakan energinya ke dalam baterei, kemudian pada malam harinya energi yang tersimpan di baterei tersebut digunakan sebagai pembangkit listrik.
Pemakaian baterei pada setiap rumah dan digunakan banyak orang, maka akan semakin membersihkan udara.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.