Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an (DaQu) Ustadz Yusuf Mansur; Perjalanan 18 Tahun yang Luar Biasa

Sebagai sebuah yayasan, Daarul Qur'an terpilih sebagai Yayasan Pendidikan Al-Quran Terbaik di Dunia Islam oleh Lembaga Tahfizh Internasional.

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an (DaQu) Ustadz Yusuf Mansur; Perjalanan 18 Tahun yang Luar Biasa
Tribun Jakarta/JEPRIMA
Ustadz Yusuf Mansur saat memberikan pernyataan maksud dan tujuan tentang pola pembelajaran cara menghafal Al-Qur'an yang akan diterapkan di pondok pesantren pada Konferensi Tahfidz International di Pondok Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Ketapang, Tanggerang, Senin (30/9/2013). Pada Konferensi ini dibahas pula peranan para penghafal Al-Qur'an di masyarakat bukan hanya di Institusi pendidikan masing-masing. (Tribun Jakart/Jeprima) 

Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an (DaQu) Ustadz Yusuf Mansur; Perjalanan 18 Tahun yang Luar Biasa

Oleh: KH. Imam Jazuli, Lc., M.A*

TRIBUNNEWS.COM - Tahun 2021 ini tahun istimewa bagi Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an (DaQu) di usianya yang ke-18, sejak didirikan pada 2003 silam. Banyak prestasi luar biasa yang telah ditorehkan, sesuai visi-misi yang diperjuangkannya.

Sebagai sebuah yayasan, Daarul Qur'an terpilih sebagai Yayasan Pendidikan Al-Quran Terbaik di Dunia Islam oleh Lembaga Tahfizh Internasional (al-Haiah Al-'Alamiyyah li Tahfizhil Quran) pada 29 Juni 2015, setelah menyisihkan 65 negara sebagai kandidat lainnya.

Prestasi yang diraih oleh Pesantren Daarul Quran ini membuktikan secara nyata keberhasilan mewujudkan visi dan misi yayasan, yakni "melahirkan generasi pemimpin Bangsa dan Dunia yang sholeh dan sholehah". Sebuah visi besar; yang walaupun diperjuangkan oleh sebuah organisasi modern di era milenial namun bersumber dan digali dari spirit sejarah bangsa Indonesia, yang sudah ada sejak era Sriwijaya hingga Majapahit sebagai bangsa pemimpin dunia.

Visi-misi besar yang diperjuangkan Daarul Qur'an tidak sebatas pada raihan prestasi secara formal, melainkan meresap menjadi darah dan daging para santrinya. Kita bisa melihat itu pada pribadi seorang finalis pagelaran grand final Muhadarah Kubra, 21 November 2020, bernama Andi Muhammad Khoirundsyah. Santri kelas 7 asal Kota Palu. Setelah dinobatkan jadi juara, Andi menyampaikan cita-citanya yang mau menjadi seorang da'i dan penceramah yang bisa berkeliling dunia.

Prestasi Internasional yang diraih Yayasan Daarul Quran maupun mimpi besar yang tertanam dalam jiwa santri-santriwati Daarul Qur’an, semua itu tidak bisa dipisahkan dari figur besar pengasuhnya: Ustad Yusuf Mansur (UYM). Nasehat UYM kepada santri-santri DaQu juga turut menginspirasi penulis, yang saat ini sedang berjuang fi sabilillah dengan mengembangkan Pesantren Bina Insan Mulia (Bima). Sebab, antara DaQu dan Bima memiliki sedikit banyak kesamaan tujuan perjuangan.

Berita Rekomendasi

Kepada para santri DaQu, UYM pernah dawuh: “Kalau punya cita-cita harus yang tinggi. Anak-anak Ayah tidak boleh ke Turki hanya untuk kuliah, melainkan juga sambil mempunyai restaurant. Pekerjakan orang-orang Turki di restaurant kita. Anak-anak Ayah harus menjadi yang terdepan, bukan menjadi karyawan!" Nasehat ini bersifat holistik-komprehensif; menggabungkan intelektualitas dan entrepreneurship (kewiraswastaan). Lebih-lebih, hanya dengan ilmu pengetahuan (sains-teknologi) dan modal-kapital, putra-putri bangsa kita akan memimpin dunia.

Doktrin yang ditanamkan Ustad Yusuf Mansur kepada anak-anaknya (santri) tersebut, sabda suci Rasulullah saw: "al-islami ya'lu wa la yu'la 'alaihi (sesungguhnya Islam itu mulia nan tinggi, tidak ada yang lebih tinggi dari padanya)" [HR. Bukhari, dalam Shahih al-Jami' al-Shaghir, nomor 2778]. Ketinggian dan kemuliaan Islam tidak boleh berhenti pada level wacana atau percakapan, melainkan harus nyata menjadi realitas yang manfaatnya dirasakan langsung. Melalui Pesantren DaQu, UYM berhasil mewujudkan idealisme tersebut.

UYM selalu berpesan, “di dalam kepala kita, di dalam hati kita, di dalam darah daging kita, mengalir al-Quran. Untuk itulah, Ayah tidak mau anak-anak Ayah bercita-cita yang rendah. Sebaliknya, harus bermimpi yang tinggi.” Kalimat-kalimat semacam inilah yang berhasil tertancap sangat dalam pada lubuk sanubari para santrinya, sehingga anak kecil seperti Andi Muhammad Khoirunsyah bercita-cita menjadi da’i kelas internasional sejak usianya masih sangat dini.

Visi besar lainnya dari Yayasan Daarul Qur'an asuhan UYM ini adalah mengembangkan dakwahnya dengan pembangunan 100 pesantren di 100 kota dan 5 benua, yang sudah dijalankan sejak 2017 silam. Sudah ada lulusan DaQu yang menempuh kuliah di Madinah University, Al-Azhar University Mesir, Lebanon, Sudan, Turki, Rusia, Cina dan Australia. Semakin banyak lulusan pesantren DaQu di belahan dunia, maka cita-cita pesantren di lima benua semakin tampak di depan mata.

Visi besar Ustad Yusuf Mansur mengingatkan penulis pada Muhammad 'Imarah (1931-2020), seorang pemikir Islam Mesir, yang mengatakan: "dengan tersebarnya Islam di seluruh penjuru dunia, banyak orang yang tidak tahu pada Islam dan ajaran-ajarannya. Inilah perkara yang mendorong umat muslim memikul tanggung jawab besar untuk menjelaskan Islam yang sebenar-benarnya dengan seluruh bahasa berbeda dan di seluruh penjuru dunia," (M. ‘Imarah, Haqiqah al-islam fi 'Alam Mutaghayyir, Mesir: Majlis A'la Syu-un Islamiyah, 2020: 113).

Dalam konteks global, apa yang dikhawatirkan oleh Muhammad ‘Imarah tersebut memang terbukti nyata. Banyak sekali di era kontemporer ini publik internasional dihantui oleh Islamophobia, ketakutan dan kebencian pada agama Islam dan umat muslim. Sebab, sumber-sumber informasi mereka memang menampilkan Islam yang menakutkan, seperti Al-Qaedah, ISIS, dan organisasi teroris lain yang mengatasnamakan Islam. Namun, Islam ditampilkan dalam wajah teror dari pada rahmatan lil alamin.

Sementara Pesantren Daarul Quran sudah nyata kontribusinya bagi bangsa Indonesia, dan kita akan terus menantikan manfaat yang akan dirasakan oleh manusia di seluruh penjuru dunia. Menempatkan para santri alumni DaQu di seluruh benua, akan membawa warna baru tentang Islam ala Indonesia. Islam yang lebih mencerahkan daripada Islam yang tampak kolot dan tertinggal.

Sebagai penutup, penulis ucapkan selamat ulang tahun yang ke-18 untuk Pesantren Tahfizh Daarul Quran, semoga terus berkembang dan membawa manfaat, baik kepada bangsa Indonesia ini maupun kepada seluruh umat manusia di muka bumi. DaQu adalah pesantren yang memiliki idealisme tinggi, dan tentu sangat menginspirasi bagi pengembangan pondok pesantren lain di tanah air. Sebab, semakin banyak kiai dan santri yang bermimpi untuk membawa maslahat pada manusia maka nubuwatan Rasulullah saw : “khairunnas anfa’uhum lin nas (manusia yang terbaik manusia paling bermanfaat)”, akan terwujud. Amin ya Rabbal alamin.

*Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas