Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Dilema Pembelajaran Tatap Muka

Relevankah memaksakan pembelajaran tatap muka di tengah randahnya angka vaksinasi dan kekhawatiran akan munculnya gelombang baru penyebaran Covid-19?

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Dilema Pembelajaran Tatap Muka
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Siswa dan guru mengikuti Simulasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SD Negeri Cimahi Mandiri 2, Kota Cimahi, Jawa Barat, Selasa (25/5/2021). Dinas Pendidikan Kota Cimahi menggelar simulasi pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan di 27 PAUD/TK, 102 SD, dan 38 SMP sebagai persiapan pelaksanaan pembelajaran tatap muka pada 19 Juli 2021 mendatang. 

Dalam jangka panjang PJJ akan memicu terjadinya penyakit mental yang akut baik pada anak maupun pada orang tuanya (GTK Dikdas, 6 Mei 2021).

Kebijakan PTM

"Tidak ada jawaban hitam-putih atas pertanyaan kapan sebaiknya sekolah dibuka". Demikianlah jawaban diplomatis Professor Rodney Rohde, Kepala Laboratorium Klinis di Universitas Negeri Texas, San Marco.

Menurutnya, "tidak ada ukuran yang cocok untuk semua orang".

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak tidak sesering terkena infeksi ketimbang orang dewasa dan apabila terinfeksi dampaknya tidak terlalu parah.

Beberapa kasus terjadi di Eropa dan Australia termasuk studi tentang contact-tracing di Swiss, Cina dan Perancis.

Dari studi tersebut ditemukan bahwa anak-anak memiliki kemungkinan kecil sebagai penyebar virus ketimbang orang dewasa.

Berita Rekomendasi

Di Perancis misalnya, seorang anak berusia 9 tahun terinfeksi picornavirus, flu yang menyebabkan beberapa macam penyakit dan SARS-CoV-2 menularkan ke 80 orang temannya di tiga sekolah.

Ajaibnya, tak satupun dari mereka terinfeksi Covid-19, meski banyak diantaranya sebatas terkena flu biasa (Saplakoglu, Livescience, July, 2020).

Studi dari Davies NG yang dimuat di Natmed bulan Juni 2020 menunjukkan bahwa remaja yang berusia di bawah 20 tahun yang terinfeksi corona virus, sangat kecil kemungkinan bergejala parah dan berdampak kematian.

Studi lainnya yang dilakukan oleh Viner RM dan Russel SJ (Lancet Child Adolesc Health, 2020) menunjukkan bahwa anak-anak sekolah memiliki sangat sedikit kontribusi dalam penyebaran virus corona.

Dalam peringatan resminya mengenai rencana pembukaan sekolah, Uni Eropa merekomendasikan beberapa hal.

Pertama, sekolah bisa saja dibuka ketika terbukti penyebaran virus menurun secara signifikan dalam waktu tertentu.

Kedua, tersedianya fasilitas kesehatan yang sanggup menangani pasien apabila terjadi penularan puncak.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas