Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Suharyanto, dari Kursi Panglima ke Medan Bencana
Banyak pihak berharap, Suharyanto mampu memimpin penanganan bencana alam di negeri ini, termasuk bencana nonalam berupa wabah Covid-19.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Mayjen TNI Suharyanto hari ini (17/11/2021) dilantik sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menggantikan Letjen TNI Ganip Warsito yang memasuki masa purnabakti.
Banyak pihak berharap, Suharyanto mampu memimpin penanganan bencana alam yang beruntun di negeri ini, termasuk bencana non alam berupa wabah Covid-19.
“Mayjen Suharyanto memiliki kapasitas yang memadai. Satu modal yang sudah melekat selama meniti kariernya sebagai prajurit adalah kesadaran bahwa setiap amanat dan penugasan, selalu dibarengi tekanan dan kesulitan. Saya mengartikannya sebagai sikap yang siap menghadapi segala tantangan,” ujar Egy Massadiah, Ketua Yayasan Kita Jaga Alam.
Selama dua-tahun-empat-bulan, Egy menjabat Tenaga Ahli/Staf Khusus Kepala BNPB 2019-2021, semasa kepemimpinan Letjen TNI (Purn) Dr (HC) Doni Monardo.
Baca juga: Pesan Jokowi kepada Kepala BNPB yang Baru: Ini Musim Bencana, Harus Segera Bekerja
“Dalam selarik riwayat tugas, saya melihat ada sedikit kemiripan antara Jenderal Suharyanto dan Jenderal Doni Monardo. Keduanya sama-sama pernah menjadi sosok penting dalam tugas pengamanan presiden,” tambah Egy yang juga jurnalis senior itu.
Menurut Egy, yang dikenal dekat dengan mantan Wapres Jusuf Kalla ini, seorang prajurit yang mendapat penuasan di “ring-1” Presiden Republik Indonesia, adalah prajurit pilihan.
Mereka melewati proses seleksi yang sangat ketat.
“Kita mengetahui, Doni Monardo pernah mendapat penugasan di satuan Pasukan Pengaman Presiden, dengan posisi penugasan yang terakhir sebagai Komandan Paspampres 2012-2014. Suharyanto juga pernah menempati pos di Sekretariat Militer Presiden, dengan tugas terakhir sebagai Sekretaris Militer Presiden 2019-2020,” kata Egy.
Keduanya bersinggungan secara intensif sebagai prajurit yang berada di lingkungan Istana.
Terlebih, saat Doni menjabat Kepala BNPB, Suharyanto menjabat Sesmilpres. Itu artinya, dalam interaksi antara Doni dan Presiden, ada sosok Suharyanto di antara mereka.
“Dengan catatan-catatan itu, saya menilai tepat jika Presiden Joko Widodo menunjuk Mayjen Suharyanto menakhodai BNPB,” tegasnya.
Baca juga: Live Streaming Pelantikan Panglima TNI, KSAD, Kepala BNPB dan 12 Duta Besar, Dilakukan Siang Ini
Catatan lain dari sosok Suharyanto di mata Egy adalah kepeduliannya yang sangat tinggi terhadap prajurit atau pasukannya.
Ini ia buktikan selama sembilan tahun di medan operasi Kalimantan. Di sana, ia terlibat operasi Paraku (Pasukan Rakyat Kalimantan Utara).
Selain itu, ia juga mengenyam pengalaman operasi di bumi lorosae (Timtim).
Yang terakhir, sebagai Pangdam Brawijaya, awal Oktober 2021 ia secara khusus terbang ke Papua untuk memberi dukungan langsung kepada prajurit Kodam V/Brawijaya yang tengah bertugas sebagai Pamtas RI-PNG (Pengamanan Perbatasan RI – Papua Nugini).
“Sikap kepemimpinan jenderal Suharyanto itu adalah modal besar saat mulai hari ini ia menjadi panglima penanggulangan bencana,” tutur Egy, penulis buku yang cukup produktif.
Egy bukan hanya menelisik riwayat Suharyanto dari rentetan keberhasilan tugas yang telah lalu.
Dalam beberapa kesempatan, Egy juga sempat berinteraksi langsung dengan Suharyanto ketika mendampingi Doni Monardo.
“Kesan terakhir saat kami berjumpa di Lanud Abdurachman Saleh, Malang, awal Desember 2020. Beliau jenderal smart dan correct,” tutur Egy.
Egy ingat betul, ketika itu Doni Monardo dan rombongan tengah melakukan sejumlah lawatan tugas ke beberapa daerah yang tertimpa musibah.
Di Malang, Doni Monardo dan rombongan meninjau lokasi terdampak gempa dan fasilitas kesehatan untuk memperkuat penanganan Covid-19 di wilayah Malang dan sekitarnya.
Agenda selanjutnya adalah menuju Cilacap. Rencana perjalanan menggunakan pesawat carter sore itu adalah Malang – Yogyakarta. Dari Yogyakarta, sedia dilanjutkan perjalanan darat ke Cilacap.
Apa boleh buat, pesawat mengalami trouble engine. Selama menunggu mekanik memperbaiki pesawat, Doni dan Suharyanto sebagai Pangdam Brawijaya terlibat obrolan intensif sambil menikmati bakso Malang, di tengah turunnya hujan rintik-rintik.
Lebih satu jam perbaikan pesawat belum juga kelar.
Doni lekas memanggil Korspri Kolonel (Czi) Budi Irawan, untuk menyiapkan bus sebagai pengganti moda transportasi menuju Cilacap.
“Dari kejadian itu, kira-kira saya ingin mengatakan, ‘jenderal Suharyanto, itu bagian kecil dari dinamika tugas penanggulangan bencana yang ada di depan mata’,” kata Egy Massadiah.
"Hari ini, Pak Suharyanto menjadi sosok utama memimpin orkestra sinergi penanggulangan bencana, termasuk melakukan mitigasi, perubahan perilaku agar setiap orang menjaga alam, agar alam tidak rusak yang bisa mengakibatkan bencana," tutup Egy Massadiah kepada wartawan. (*/Roso Daras)