Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Tiga Tokoh Muda Paling Cocok Jadi Pengurus Harian PBNU

Gus Nusron sangat layak diberi amanah menjadi Sekjen. Ia selama ini adalah kader paling berbakat di antara politisi Partai Golkar.

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Tiga Tokoh Muda Paling Cocok Jadi Pengurus Harian PBNU
Istimewa
KH. Imam Jazuli, Lc. MA, alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015. 

Tiga Tokoh Muda Paling cocok Jadi Pengurus Harian PBNU

Oleh: KH. Imam Jazuli, Lc. MA*

TRIBUNNEWS.COM - Nusroh Wahid, Saifullah Yusuf, dan Ahmad Fahrur Rozi adalah tiga Kiai/Gus yang berperan besar dalam pemenangan pasangan Gus Yahya (Ketum) dan Kiai Miftahul Akhyar (Rois Amm). Dengan melihat kiprah ketiga sosok tersebut, publik paham betapa mereka memiliki kualifikasi yang cukup untuk menjadi Sekretaris Jenderal, Wakil Ketum dan Katib Amm di PBNU pada peride mendatang. Latarbelakang ketiganya cukup mumpuni untuk mengemban amanah itu.

Gus Nusron sangat layak diberi amanah menjadi Sekjen. Ia selama ini adalah kader paling berbakat di antara politisi Partai Golkar. Sekalipun harus menanggalkan perannya di Golkar, NU akan tetap memiliki koneksi yang semakin bagus dengan Golkar apabila memberikan tempat sebagai Sekjen bagi Nusron. Ditambah lagi sosoknya yang masih muda, jenius, dan energik. Menaruh harapan pada Nusron untuk menjadi pemegang stempel NU di masa depan dirasa tidak berlebihan.

Gus Ipul pun demikian. Namun, tampaknya ia sangat cocok di posisi sebagai Wakil Ketua umum. Selain mantan kader terbaik PDIP dan PKB, ia juga kader terbaik PPP. Sama seperti menaruh harap pada Nusron, menaruh harap pada Gus Ipul juga tidak berlebihan. Belum lagi pengalamannya yang cukup lama menjabat Gubernur Jawa Timur di masa lampau. Keahlian di bidang politik akan sangat menguntungkan bagi NU di masa depan, terutama bila musim pesta demokrasi digelar.

Tak kalah dari Gus Nusron dan Gus Ipul, di sana ada sosok ketiga, yang memiliki latar belakang sangat bagus, yaitu Gus Fahrur. Di satu sisi, ia adalah pengasuh pondok pesantren An-Nur 1 Bululawang Malang. Santri alumni Lirboyo Kediri. Wakil Ketua PWNU Jatim dan Wakil Sekjen DPP MUI. Di level pemerintahan, ia adalah anggota Lembaga Pengembangan Pesantren dan Madrasah Diniyah Jatim.

Dengan profil dan track record yang luar biasa ini, kontribusinya pada pemenangan Gus Yahya layak diganjar dengan memberinya jabatan Katib Amm di PBNU. Beliau layak di Syuriah, dengan modal jejaring kulturalnya. Berbeda dengan Gus Nusron dan Gus Ipul yang layak di Tanfidziyah, karena keduanya adalah praktisi dan eksekutor lapangan.

Berita Rekomendasi

Bagaimana pun, tiga orang tersebut, yang terbukti mampu memenangkan Gus Yahya dan Kiai Miftachul Akhyar harus dibaca sebagai aset besar warga Nahdliyyin. Mengabaikan ketiganya, tanpa memberi mereka posisi sebagai Sekjen, Waketum, dan Katib Amm, adalah langkah yang kurang strategis. Karena selain jasa mereka yang sudah terlihat maksimal, pengalaman dan jaringan sosial-kultural mereka juga luas.

Jaringan sosial-kultural tiga figur di atas adalah simpul-simpul kekuatan Gus Yahya dalam meraih posisinya hari ini. Dengan menggandeng ketiganya, selain merupakan langkah strategis untuk masa depan NU, juga sebagai instrumen untuk menggandeng massa mereka. Dengan demikian, di masa depan, sepanjang periode kepemimpinan, soliditas antara pucuk pimpinan dan unsur-unsur di bawah adalah kata kunci yang paling penting.

Soliditas warga Nahdliyyin dari seluruh lapisan dan kelas kepengurusan adalah modal berharga, yang nilainya tidak bisa diukur dengan apapun; bahkan jauh lebih penting dari sekedar urusan menang-kalah dalam pemilihan. Nusron Wahid dan Saifullah Yusuf dapat menjalin komunikasi jangka panjang di tataran kerja-kerja praktis dan strategis, dengan latar belakangnya yang politisi ulung itu. Karenanya posisi sebagai sekretaris jenderal dan wakil ketua umum cocok untuk keduanya. Gus Fahrur dengan jaringan dan latarbelakang kulturalnya, cocok untuk jalin komunikasi jangka panjang sebagai representasi dari Syuriah (Katib Amm) NU.

Alhasil, Gus Nusron, Gus Ipul dan Gus Fahrur adalah tokoh-tokoh besar yang memiliki basis massa. Memberi ketiganya posisi-posisi penting dalam PBNU, yang cocok dengan kapasitas masing-masing, adalah modal besar bagi Gus Yahya untuk memimpin NU di masa depan, dengan tingkat soliditas internal yang tinggi. Sehingga apapun kebijakan PBNU di masa depan akan mudah terkonsolidasi, dan terdistribusi, dengan lebih cepat dan merata.

Sebaliknya, dilihat dari kacamata pendukung, tiga tokoh ini (Gus Nusron, Gus Ipul, Gus Fahrur) adalah jalan tercepat, untuk mengakses segala potensi yang ada di NU. Baik itu berkenaan dengan proyek pemikiran intelektual maupun pemberdayaan sosial bagi Jamaah Nahdliyyin, tiga sosok pendukung utama Gus Yahya ini adalah pintu masuk untuk akses paling cepat.

Untuk itulah, hal terpenting yang sedang dinanti-nantikan hari ini adalah postur dan susunan kepengurusan NU di bawah kepemimpinan Gus Yahya. Siapa orang-orangnya. Apa saja posisinya. Dengan begitu, maka kita semua dapat membaca lebih jauh bagaimana masa depan NU akan diformat. Sementara soal gagasan, berdasar ilmu kebijakan publik, tidak bisa dilepaskan dari sumber daya manusianya. Gagasan cemerlang tanpa SDM yang mumpuni, menyebabkan implementasi kebijakan yang kurang maksimal.

Akhirul Kalam, Nusron, Ipul dan Fahrur adalah sumber daya manusia yang paling berharga bagi PBNU umumnya dan warga Nahdliyyin khususnya. Memberikan tiga figur ini kesempatan mengabdi yang lebih besar, seperti jabatan sebagai Sekjen, Waketum dan Katib Amm, sama saja memaksimalkan SDM berkualitas demi implementasi visi misi NU di masa depan. Wallahu a'lam bis shawab.

Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas