Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Kiai Taufik Damas, Tokoh Media yang Kritis Sejak Mahasiswa

Atas pengalaman jurnalistik itu, Kiai Taufik Damas, atau yang lebih populer dipanggil Kang Damas terus mengasah insting jurnalismenya.

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Kiai Taufik Damas, Tokoh Media yang Kritis Sejak Mahasiswa
Istimewa
KH. Imam Jazuli, Lc. MA, alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015. 

Kiai Taufik Damas, Tokoh Media yang Kritis Sejak Mahasiswa

Oleh KH Imam Jazuli, Lc., MA.

TRIBUNNEWS.COM - Salah satu sahabat dan adik kelas penulis yang konsisten dengan dunia jurnalistik dari Mahasiswa hingga sekarang adalah Kiai Taufik Damas. Ketika menjadi mahasiswa di Al-Azhar, dia dikenal sangat kritis dan vokal. Itu sebabnya ia mendapat amanah menjadi ketua Umum Bulletin Teroboson. Sebuah media yang sangat terpercaya di lingkungan masyarakat Indonesia di Mesir saat itu.

Dari bulletin itulah, lahir salahsatunya wartawan senior Kompas, Pak Mus (Musthafa), kemudian Duta Besar Tunisia, Zuhairi Misrawi, Jurnalis Tempo Kang Qoris Tajudin, DPD RI Muhammad Fadhil, Ceo Syafana Nanang Firdaus, Rektor IAIN Kudus Prof Abdurahman Kasdi, Novelis Aguk Irawan, Didik L. Hariri, Pengamat Timir Tengah Hasibullah Sastrawi dan lain sebagainya. Penulis sendiri menjadikan Terobosan, selain sebagai wahana belajar jurnalistik juga berekspresi.

Atas pengalaman jurnalistik itu, Kiai Taufik Damas, atau yang lebih populer dipanggil Kang Damas terus mengasah insting jurnalismenya. Karenanya tak mengherankan, jika komentar-komentarnya sering memicu kontroversi.

Kang Damas salah satu tokoh muda nahdliyin yang sudah malang melintang untuk berdebat di program televesi nasional, terutama terkait wacana penistaan agama, salah satu langganan debatnya adalah Ketua Media Center PA 212, Novel Bamukmin yang menyebut Indonesia sudah krisis penista agama.

Nama Kang Damas mencuat, saat itu membahas kasus tuduhan penistaan agama yang dilalukan Ahok, Sukmawati dan Gus Muwafiq yang diduga telah melakukan penodaan agama menghina Rasullullah.

Berita Rekomendasi

Mulanya, Novel Bamukmin menilai, kasus penodaan agama yang terjadi pada zaman kepemipinan Presiden Soeharto lebih tegas, tapi belakang, terutama era Jokowi sangat kendur. Disitulah Kang Damas memberikan bantahan demi bantahan, sesuai kapasitas keilmuannya. Ia memang dikenal sebagai aktivis yang sangat anti radikalisme agama.

"Kalau sindirian dan kritik sosial dan keagamaan sedikit-sedikit dibawa keranah hukum, mau jadi apa bangsa ini.. Padahal yang sering terjadi hanya berbeda sudut pandang." Ujarnya pada program talkshow tvone 15/12/19.

Beberapa pernyataannya Kang Damas juga dimuat media dan menjadi kontroversi di media sosial, antara lain saat ia mengomentari Ari Untung yang memprotes peniadaan ibadah haji pada tahun 2021. Ia mempertanyakan dari mana Arie Untung mendapatkan pengetahuan agamanya.

Ia juga mengingatkan untuk berhati-hati terhadap bahaya buzzer di media sosial, jika semata digunakan untuk mencari uang dan mengabaikan nurani. Kang Damas juga mengingatkan supaya dakwah dilakukan dengan santun dan menghargai keberagaman, dengan meneladani Sunan Ampel.

Di jagad media tanah air, Kang Damas juga sempat menjadi editor di Qisthi Press dan Pena. Setelah itu ia menjadi Direktur Penerbit Menara, Bekasi. Ia juga pernah menjabat sebagai Chief Editor di Penerbit Serambi Jakarta.

Selanjutnya ia menjadi Penanggung jawab rubrik Timur tengah di wartanews.com. Ia dipercaya juga sebagai Redaktur Pelaksana di Rakyat Merdeka Online, Chied Editor di Penerbit Suara Agung. Dan kini ia menjadi Wakil Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta.

Beberapa karya artikelnya yang penting dan juga karya buku dan jurnalismenya, antara lain: Humanisme dalam Lagu-lagu Iwan Fals (Dimuat di Indopos), Bencana dan Takdir (Harian Jogjakarta), Mengapa Ada Golput (dibukukan), Pidato Politik Calon Pemimpin (Republika)

Kemudian Kearifan Nabi Yusuf (Republika), Hakikat Bangkrut (Republika), Kelembutan Rasulullah (Republika), Pelajaran dari Qurays (Republika), Puasa untuk Kebajikan Sosial (Republika), Diam Itu Emas (Republika), Efek Kata-Kata (Republika). Penyunting dan editor Buku Ensiklopedia Pengetahuan Al-Quran dan Hadits (7 Jilid).

Alih bahasa Kitab Teladan Suci Para Ibunda Nabi (Penerbit Zaman/Serambi), Terapi Berpikir Positif (Penerbit Zaman/Serami), Fikih Akhlak (Qisthi Press), Menjadi Wanita Paling Bahagia (Qisthi Press), Indahnya Ibadah Haji (Qisthi Press), Rahasia Terindah Haji dan Umrah (Penerbit Zaman/Serambi), Perempuan Terpasung (Penerbit Serambi), Fîhi Mâ Fîhi karya Jalaluddin Rumi (Penerbit Zaman/Serambi).

Selain itu, Kang Damas sejak lama menjadi narasumber beberapa kegiatan sekala besar, diantaranya Pelatihan Kepemimpinan Berwawasan Kebangsaan, diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Mesir bekerjasama dengan Fakultas Administrasi Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia (Cairo, 7-9 May 2001).

Kemudian Pelatihan Kepemimpinan dan Kewirausahaan, diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Mesir bekerjasama dengan Fakultas Administrasi Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia (Kairo, 2002).

Narasumber dalam diskusi tentang Pemikiran Islam Kotemporer di Timur Tengah yang diadakan di UIN Ciputat. Narasumber dalam diskusi tentang Islam dan Terorisme yang diadakan di IAIN Banten.

Narasumber dalam diskusi Menyemai Toleransi di Universitas Jendral Sudirman Purwokerto. Nara sumber Forum Silaturahmi Bangsa (FSB).

Di Nahdliyin, pria yang punya trah dengan KH Idham Kholid ini pernah mejadi Ketua II PCINU Mesir 2000. Lalu Ketua Lembaga Bahtsul Masail PWNU-DKI (2013—2016) Wakil Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta.

Kang Damas, tokoh nahdliyin Jakarta yang banyak prestasi ini lahir 23 Januari 1974. Ia mulai dikenal luas sejak menjadi pengasuh program "Artis Bertanya Kiai Menjawab" di TVNU.

Latar belakang pendidikan Kang Damas, dimulai dari SDI Assa'adah, Bidaracina, Jatinegara Jaktim dan tamat tahun 1986. Ia kemudian melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah Darul Ma'arif, Cipete, Jaksel, dan tamat tahun 1989.

Pendidikan menengah tingginya ia selesaikan di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, tamat tahun 1997. Pendidikan tinggi ia tamatkan di Universitas Al Azhar, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Akidah dan Filsafat. dan tamat tahun 2003. Hingga saat ini, Penulis intens komunikasi dengan kang Damas, bahkan saat ini beliau menjadi salah satu walisantri Pesantren Bina Insan Mulia yang penulis asuh. Wallahu'alam bishawab.
Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas