Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menghormati Tamu dan Budaya Pesantren
Para tamu kemudian diajak berwisata kuliner ke tempat-tempat yang menjadi kekhasan Cirebon, seperti empal gentong, nasi jamblang, dan aneka macam sea
Editor: Husein Sanusi
Para kiai sepuh kita dari dulu sampai hari ini telah mencontohkan bagaimana menghormati dan memuliakan tamu, meski tidak semua tamu yang datang punya niat terhormat dan mulia. Tamu model apa yang tidak diterima oleh Gus Dur?
Gus Dur menerima tamu dari sahabatnya sampai musuhnya. Dari kaya sampai orang miskin. Dari orang yang paling bahagia sampai yang paling menderita. Dari kalangan manapun diterima Gus Dur. Ketika ditanya kenapa beliau begitu terbuka untuk melayani segala macam tamu yang datang, Gus Dur menjawab bahwa yang menggerakkan hati para tamu itu untuk menemuinya adalah Allah SWT.
Akhlak Gus Dur dalam menerima tamu banyak dikaitkan dengan teladan dari sang kakek, yaitu KH. Hasyim Asya’ri. Rumah Kiai Hasyim Asy’ari setiap hari tidak pernah sepi dari tamu. Jumlahnya dari puluhan hingga ratusan dan semua diperlakuan istimewa sehingga masing-masing tamu merasa dekat dengan beliau.
Itulah gambaran sekilas bagaimana Islam menyuruh umatnya memperlakukan tamu. Menghormati tamu adalah kewajiban dalam agama. Bahwa dalam menghormati tamu tersebut tetap berlaku untuk menempatkan husnudz dzon dan su’udz dzon di konteksnya masing-masing, ini juga perintah dari agama.
Tamu-tamu di Bina Insan Mulia
Pesantren Bina Insan Mulia kerap dihadiri banyak tamu. Para tamu datang dari dalam dan luar negeri. Ada yang datang dari Malaysia, Mesir, Libanon, Oman, Amerika, Turki, India, Singapore, dan masih banyak lagi.
Para tokoh dari dalam negeri juga banyak yang sudah mengunjungi Pesantren Bina Insan Mulia. Ada tamu dari kalangan kiai atau tokoh agama. Antara lain, Kiai Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU, Abah Anom, Mursyid Thoriqoh Majlis Tawajjuh Indonesia, Gus Miftah, GusYusuf Chudlori, Gus Fahrur Rozi, Kiai Yusuf Mansur, Gus Rozin, putra Kiai Sahal Mahfud, Pengasuh Ponpes Amanatul Ummah Prof. KH. Asep Saefuddin Chalim, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan di ruang terbatas ini.
Para cendekiawan, akademisi, dan birokrat juga banyak yang telah datang ke Pesantren Bina Insan Mulia. Mas Ulil Abshar Abdalla, Prof. Dr. Maksoem Mukhtar, Prof. Dr. Amin Haedari, dan beberapa tokoh terkemuka yang tidak bisa disebutkan di sini.
Kalangan masyayikh dari Timur Tengah juga sudah banyak yang datang ke Pesantren Bina Insan Mulia. Antara lain: Mursyid Tarekat Syadziliah dari Al-Azhar University, Kairo, Syaikh Dr. Elsayyid Amin Ahmad Yaqub, Syekh Fadhil al-Jaelani, Syekh Zakariya Moh al Marzuq dari Universitas Al Azhar Mesir, Syekh Mohammad al Basyouni dari Universitas al Azhar Mesir
dan lain-lain.
Sebagai bentuk penghormatan kepada para tamu sekaligus pengenalan lebih dalam terhadap berbagai kekayaan Cirebon, Pesantren Bina Insan Mulia menyiapkan rangkaian layanan. Para tamu biasanya menginap di president suite hotel Luxton atau Aston sesuai jadwal.
Para tamu kemudian diajak berwisata kuliner ke tempat-tempat yang menjadi kekhasan Cirebon, seperti empal gentong, nasi jamblang, dan aneka macam seafood khas Cirebon. Agenda biasanya berlanjut ke ziarah ke makam Sunan Gunung Djati, Masjid Keramat, Kuwu Sangkan, dan lain-lain. Bahkan untuk beberapa tamu yang masih leluasa waktunya berada di Indonesia, mereka diajak untuk menikmati sensasi offroad Bukit 1000 Bintang Kuningan dan ke tempat-tempat wisata exotis lainnya.
Dari kalangan pejabat publik juga sudah banyak yang datang. Antara lain TGB Zainul Majdi, Gubernur NTB 2008-2018, Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Menteri Ketenagakerjaan RI, Ibu Ida Fauziyah, Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid dan masih banyak lagi tokoh politik nasional yang bersilaturahmi ke Pesantren Bina Insan Mulia.
Belajar dari para kiai sepuh dulu, saya menerapkan penyambutan yang standar. Setelah para tamu tersebut saya terima di rumah, para tamu kemudian saya ajak untuk bertemu para santri. Di sinilah para tamu tersebut berbicara, menyemangati para santri, dan bertukar pemikiran.
Pesantren Bina Insan Mulia juga kerap mendatangkan artis ibu kota dan band pengiring untuk menghibur para santri dan masyarakat sekitar. Antara lain: Nikita Mirzani, Charli Van Houten, Inka Christie, lady rocker era 90-an, Mel Sandy, Lia Afi, Rumput Laut Band, Fix Band, dan lain-lain.
Saya kerap mengundang banyak artis, klub mobil, klub motor, seniman, dan semisanya itu sebetulnya untuk saling membuka komunikasi. Terutama bagaimana pesantren itu dipahami oleh teman-teman kita tersebut. Jangan sampai keberadaan pesantren disalahpahami atau mereka tak memahami pesantren karena tidak ada yang memulai untuk membangun komunikasi.