Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Terawan dan Chairil Anwar

Perseteruan “abadi” dokter Terawan Agus Putranto versus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memasuki babak baru.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Terawan dan Chairil Anwar
Kolase foto Tribunnews
Kolase dr Terawan Agus Putranto, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) 

Jadi ada “vacuum of power” (kekosongan kekuasaan) di tubuh IDI. Nah, lho!

Tak mau kalah, Komisi IX DPR pun mengundang IDI untuk didengar keterangannya, salah satunya soal pemecatan Terawan, Selasa (29/3/2022).

Sayangnya, dengan dalih sedang mempersiapkan berkas Muktamar ke-31 di Banda Aceh, IDI tidak datang. 

Sederet pejabat dan elite politik telah membuktikan keampuhan metode DSA kreasi Terawan.

Diantaranya Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, mantan Menteri Koordinator Perekonomian Aburizal Bakrie, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono, mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud Md, dan mendiang Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono.

Kecuali Ny Ani yang memang sudah wafat, rata-rata mereka tak setuju terhadap langkah IDI memecat Terawan.

Sajak “Aku”

Berita Rekomendasi

Kreativitas memang kerap tak mendapat tempat dalam sebuah komunitas. Ibarat baris-berbaris, Terawan dianggap telah keluar dari barisan.

Ibarat sekawanan domba, Terawan telah menjelma menjadi serigala. Supaya domba-domba itu tidak terancam, sang serigala harus diusir dari kawanan. 

"Aku ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang," tulis Chairil Anwar (1922-1949) dalam sajaknya, "Aku" (1943) yang tampaknya representatif untuk menggambarkan keberadaan Terawan di IDI.

Ya, Terawan mirip dengan Chairil Anwar yang karena kreativitasnya sempat ditolak oleh komunitasnya.

Dengan dalih sajak “Aku” terlalu individualistis, saat itu banyak majalah atau penerbit yang menolak memuat sajak karya Chairil Anwar itu.

Sikap pemerintah kolonial Jepang yang saat itu represif dijadikan alasan. Akhirnya terbukti eksistensi Chairil Anwar tak terelakkan. Bahkan dia dinobatkan sebagai sastrawan pelopor Angkatan 1945.  

Keberadaan vaksin Nusantara juga akan mengancam vaksin-vaksin lain yang dibeli dengan impor.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas