Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mengejar Jaringan 4G di Daerah Terpencil
baru dua operator yang telah mencanangkan migrasi. Yaitu Telkomsel dan XL Axiata. Kedua operator secara bertahap akan mengalihkan
Editor: Hendra Gunawan
Oleh Moch S Hendrowijono *)
BAGI beberapa negara memigrasikan jaringan 3G keseluruhan menjadi 4G tidak semudah membalikkan tangan. Seperti Malaysia yang telah mencanangkan bebas 3G pada 2021, masih menyisakan sekitar 440.000 pelanggan yang belum bisa migrasi.
Selain ponsel pengguna yang masih 3G dan kendala alam yang membuat proses migrasi menara tersendat, tidak menyurutkan niat Malaysia melakukan migrasi. Bahkan tahun 2021 bertambah lagi menara BTS 4G/LTE sebanyak 250 dari yang semula direncanakan hanya 193 buah, target negeri jiran yang ingin menutup tahun 2022 dengan seluruh jaringan telah 4G.
Vietnam lewat Kementerian Informasi dan Komunikasi (MIC) juga telah merencanakan perpindahan seluruh jaringan baik 2G maupun 3G menjadi 4G, paling lambat akhir 2022.
Baca juga: Kominfo: Pengguna 3G Saja di RI Cuma 3 Persen, Mending Beralih ke 4G
Tetapi perjalanan Vietnam bakal lebih berat mengingat masih 28% atau 25 jutaan pelanggan yang memakai ponsel 2G atau 3G.
Pemerintah pelan-pelan akan mengurangi pasokan ponsel fitur yang tahun lalu saja masih masuk 8 juta unit, 40 persen dari total ponsel yang masuk ke negara itu.
Pengurangan akan berdampak perpindahan konsumen yang kemudian ponsel pintar berstandar 4G dengan subsidi sekitar 2,1 unit ponsel pintar untuk masyarakat terpencil. Izin layanan pengoperasian 2G dan 3G akan dibatasi hingga September 2024.
Jaringan 4G menjadi penting saat ini dan beberapa tahun mendatang. Menurut Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos Dan Informatika Kemenkominfo Ismail, yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah jaringan broadband.
Baca juga: Dukung Ekonomi Digital, Mitratel Bangun 1.500 Menara 4G di Desa Non 3T
Jaringan pita lebar ini penting untuk menyalurkan informasi dalam jumlah besar dan kecepatan tinggi, serta tingkat latensi yang lebih rendah.
Bahkan teknologi 3G, menurut Ian Yosef M Edward, Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia ITB, sudah tidak cocok. Teknologi 3G menjadi sangat mahal dan kini diproduksi dalam jumlah yang sedikit.
Sementara 4G justru lebih murah dan menyodorkan kualitas jaringan yang lebih kaya. Sehingga, kata Ian, jaringan 4G justru lebih pas jika dibangun di daerah 3T dan masyarakat dapat menikmati layanan yang cepat dan lebih terjangkau.
Kerja sama dengan Bakti
Penggunaan 4G juga lebih efisien dibandingkan dengan 3G. Sebagai ilustrasi, jika sebuah UMKM mempekerjakan empat orang dan masing-masing bekerja secara online dengan 3G, maka untuk lebih lancar setiap orang menggunakan jaringan sendiri-sendiri.
Tetapi bila mereka menggunakan 4G, pekerjaan menjadi lebih efisien karena kemampuan 4G mengakomodir data lebih besar, juga lebih cepat. Sehingga sebuah UMKM barangkali hanya perlu merekrut dua orang, sehingga biaya karyawan sisanya dapat di-switch menjadi investasi jaringan.
Baca juga: XL dan BAKTI Sediakan Layanan 4G di 132 Titik 3T di Sumatera