Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Yauwaika! Salam Wisata dari Enggano

Mari menyebut Bali, gugusan kepulauan di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara juga Papua.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Yauwaika! Salam Wisata dari Enggano
Ist
Menuju Pulau Enggano, salah satu surga tersembunyi di Indonesia. Selain objek wisata yang memanjakan batin dan mata, ada pula Taman Berburu. 

Deru mesin Cessna Grand Caravan itu meninggi, diiringi gerak take off yang mulus. Untuk menempuh jarak 156 km, atau 90 mil Bengkulu – Enggano, membutuhkan waktu terbang 45 menit.

Cessna Caravan adalah pesawat bermesin turboprop tunggal, fixed-gear dan merupakan pesawat regional jarak pendek sayap tinggi (high wing) yang diproduksi oleh Cessna di Wichita, Kansas, Amerika Serikat.

Setiba di Enggano, rombongan Doni Monardo menuju Hotel Wisata Berlian, milik Bambang. Dandim Bengkulu Utara, Letkol Inf Made Mahardika (Akmil 2001) beserta sejumlah personil Koramil Enggano ikut menjemput. Jangan Anda bertanya hotel kategori bintang, sebab penginapan di Enggano masih setaraf hotel melati. Meski begitu, cukup representatif dan nyaman.

Karena penginapan yang relatif kecil, suasananya penuh nuansa kekeluargaan. Seperti biasa jika berkunjung ke daerah, saya mengakses hingga ke dapur.

Di dapur hotel ini pula saya ikut turun tangan memasak memakai kayu bakar, yang menebar aroma mak-nyusss. Tentu dibumbui adegan perih di mata akibat asap kayu bakar.

Hari pertama kami memasak sup kepala ikan, lanjut ayam kampung digoreng. Kali lain mengolah daging kambing. Benar, pada hari ketiga kunjungan, kami memotong dua ekor kambing yang dibeli dari warga. Doni Monardo meminta untuk dijadikan hidangan sate, gulai, dan sop tulang.

Semua hidangan di atas selalu didampingi emping goreng dan aneka olahan jengkol: semur jengkol, jengkol balado, jengkol rebus, dan jengkol mentah. Maklum, jengkol terbilang melimpah di pulau yang satu ini.

Berita Rekomendasi

De Houtman

Yauwaika!!! Adalah salam khas masyarakat Enggano. Pekik salam yang maknanya “Selamatlah Kita Semua”. Mirip-mirip pekik Aloha di Hawaii. Mirip-mirip pekik wa-wa-wa masyarakat Papua.

Tersebutlah, Enggano adalah satu di antara 17.000 pulau yang ada di Indonesia. Letaknya di lepas laut Bengkulu, sebagai pulau terluar yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.

Dibilang istimewa karena memang memenuhi semua syarat untuk disebut demikian. Di luar keindahan alamnya, Enggano memiliki hikayat yang tak dipunyai semua pulau.

Pertama ihwal nama. “Enggano!”, adalah sebuah kata yang diucapkan dengan nada kesal oleh pelaut Portugis, sesaat setelah menjejakkan kaki di pulau itu.

Arti kata “enggano” dalam bahasa Portugis adalah “menyesatkan”. Benar. Mereka merasa tersesat ternyata di pulau itu tidak ada emas dan rempah. Yang mereka tuju sebenarnya adalah pulau Sumatera. Nama itu kemudian melekat sampai hari ini.

Selain Enggano, nama lain adalah Telania, yang dalam bahasa melayu artinya telanjang. Nama itu dikaitkan dengan nenek moyang suku Enggano dalam kesehariannya. Sedangkan, penduduk asli menamakan pulaunya dengan nama Elope yang berarti bumi.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas