Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Nihi, Kesanmu Abadi

Nihi adalah tempat merasakan hubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri. Sebuah surga untuk petualang

Editor: Sanusi
zoom-in Nihi, Kesanmu Abadi
ist
Egy Massadiah, jurnalis senior, konsultan media, menulis sejumlah buku serta pembina Majalah “Jaga Alam” 

Egy Massadiah, _jurnalis senior, konsultan media, menulis sejumlah buku serta pembina Majalah “Jaga Alam”

Catatan perjalanan Sumba Egy Massadiah Bagian Pertama

TRIBUNNERS - “Pak Egy harus ke sini. Ini luar biasa,” suara Doni Monardo di ujung telepon. Rupanya, ia tengah berada di Nihi Resort, Sumba, Nusa Tenggara Timur. Saya sungguh penasaran. Apalagi ditambahi kalimat susulan, “rugi kalau gak ke sini.”

Tanpa pikir panjang, saya berangkat. Perjalanannya cukup mudah. Dari Bandara Soekarno Hatta pagi hari langsung ke Denpasar, transit satu jam, lanjut terbang satu jam ke bandara Tambolaka, Sumba Barat Daya. Letak bandaranya berada di pesisir utara pulau Sumba, tepatnya di daerah Radamata.

Baca juga: Olly Dondokambey Berhasil Naikkan Pendapatan Daerah Sulawesi Utara Melalui Sektor Pariwisata

Sementara, Nihi Resort adanya di pesisir selatan. Tapi bukan masalah. Sebab, Sumba adalah pulau yang relatif kecil. Luas keseluruhan hanya 11.000 km2. Jarak Tambolaka ke Nihi pun tak jauh, hanya 62 km. Perjalanan ke Nihi menggunakan mobil, saya tempuh dalam waktu 1,5 jam, melewati rute Waimanguar dan Waikaboebak.

Tibalah saya di Nihi. Sebuah resort yang pernah viral karena diinapi David Beckham dan keluarganya. “Hotel terbaik di dunia” dua tahun berturut-turut ini bukanlah sebuah bangunan gedung mewah dengan arsitektur bergaya Eropa lengkap dengan ornament interior yang wah.

Inilah Nihi Sumba. Hotel dengan tagline “Edge Of Wildness™” (tepi yang liar). Itu ditegaskan dalam narasi Nihi sebagai materi promosi. Nihi, disebut bukan sekadar pelarian sementara dari rutinitas sehari-hari. Inilah perjalanan kembali ke kehidupan sesungguhnya. Dimana keistimewaan bertemu kebebasan yang tanpa bertepi.

Berita Rekomendasi

Nihi adalah tempat merasakan hubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri. Sebuah surga untuk petualang, pengembara yang haus akan ambisi dan penuh rasa penasaran. Siapa pun yang datang, akan terpatri sebuah kesan abadi. Inilah liburan dengan sebuah tujuan. Destinasi wisata penuh makna. Ruang kontemplasi yang hening.

Itu semua benar adanya. Selama beberapa hari menginap di sana, nilai-nilai hakiki dari hakikat berlibur saya temukan. Paduan resort tepi pantai, dikelilingi hutan di bibir Samudera Hindia serta pelayanan yang excellent.

Pagi hari, sebuah perahu motor sudah disiapkan untuk pergi memancing. Nakhoda kapal motor mengarahkan ke lokasi rumpon yang sudah lama dibenamkan di dasar laut. Kurang satu jam dari bibir pantai, kapal berhenti di spot yang dituju, sejurus kemudian Doni Monardo pun melempar umpan dari joran pancing.

Baca juga: Temui Menteri Pariwisata Australia, Sandiaga Uno: Wisatawan Australia Tak Sabar ke Bali

Selanjutnya adalah detik-detik penantian. Saya pribadi bukan sekali ini menemani Doni Monardo memancing di laut lepas. Suatu hari kami memancing di laut lepas Aceh. Kali lain kami juga pernah memancing di sekitar laut Bangka. Terus terang, baru kali ini saya menangkap ekspresi rasa puas di raut wajah Doni.

Betapa tidak. Belum lama mata kail terbenam, senar pancing sudah bergetar, tanda umpan disambar ikan. Cepat Doni menghentak joran pancing ke atas, dan memutar rel pada joran untuk mengangkat ikan dari dasar laut. “Perjuangan” strike mancing di laut, jauh lebih berat dibanding strike ikan tawar di empang.

“Perlawanan” ikan laut sungguh sangat menguras tenaga, setidaknya lumayan membuat lengan pegal. Melihat bagaimana Doni menaklukkan perlawanan ikan dari atas kapal motor yang bergoyang-goyang, sungguh seru. Kami semua ikut merasakan tegang selama hampir 20 menit.

Rasa plong membuncah demi melihat sekelebat ikan berwarna kuning kehijau-hijauan di permukaan laut. Begitu sudah berada pada jarak jangkauan, seorang caddy langsung menyambar ujung senar dan mengangkat ikan ke atas geladak.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas