Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
To Be World Class University and Disruption Era
Dunia hari ini sedang menghadapi fenomena disrupsi, situasi di mana pergerakan dunia industri atau persaingan kerja tidak lagi linear.
Editor: Wahyu Aji
Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D
Director of Member-at-Large IAMRA (International Association of Medical Regulatory Authorities) And Chairman of Medical Council (KKI)
DISRUPSI DAN PERUBAHAN
Dunia hari ini sedang menghadapi fenomena disrupsi, situasi di mana pergerakan dunia industri atau persaingan kerja tidak lagi linear.
Perubahannya sangat cepat, fundamental dengan mengacak-acak pola tatanan lama untuk menciptakan tatanan baru.
Disrupsi menginisiasi lahirnya tantangan dan ancaman baru dengan strategi yang seharusnya lebih inovatif dan solutif.
Cakupan perubahannya sangat luas mulai dari sosial budaya masyarakat, dunia bisnis, perbankan, transportasi, Kesehatan, sains, teknologi, hingga pendidikan. Era ini akan menuntut kita untuk Berubah (Change) atau Punah (Extinct).
A. Disrupsi revolusi industri 4.0
Disrupsi ini dipicu berkembangnya teknologi Internet of Things (IOT), kecerdasan buatan, blockchain, robotik, dan drone. Perubahan teknologi secara eksponensial ini telah membuat dunia makin terkoneksi dengan cepat dan presisi melalui digitalisasi sehingga kehidupan sosial pun berubah nyata. Dalam konteks ekonomi dan bisnis, munculnya ekonomi digital dan perubahan arah bisnis berbasis platform ternyata berdampak pada perubahan peta kompetisi, pola perilaku konsumen, kebutuhan keahlian, dan jenis pekerjaan baru. Dunia pendidikan juga dipaksa mengubah pola pembelajaran dan orientasinya. Revolusi Industri 4.0 ini merupakan pemicu perubahan dengan kecepatan tinggi, sehingga memerlukan kecepatan langkah adaptasi, perubahan pola pikir (mindset), skill kolaborasi dan fleksibilitas.
B. Disrupsi Digitalisasi (Sosial Media, Meta, dan sejenisnya)
Disrupsi akan mendorong terjadinya digitalisasi sistem pendidikan. Munculnya inovasi aplikasi teknologi seperti Uber, Amazon, e-Buy, Ali Baba, atau Gojek akan menginspirasi lahirnya aplikasi sejenis di bidang pendidikan. Sebagai contoh, Massive Open Online Study (MOOS) serta AI (Artificial Intelligence). MOOS adalah inovasi pembelajaran daring yang dirancang terbuka, dapat saling berbagi dan saling terhubung atau berjejaring satu sama lain. Prinsip ini menandai dimulainya demokratisasi pengetahuan yang menciptakan kesempatan bagi kita untuk memanfaatkan dunia teknologi dengan produktif. Sedangkan AI (Artificial Intelligences) adalah mesin kecerdasan buatan yang dirancang untuk melakukan pekerjaan yang spesifik dalam membantu keseharian manusia. Di bidang pendidikan, AI akan membantu pembelajaran yang bersifat individual. AI mampu melakukan pencarian informasi yang diinginkan sekaligus menyajikannya dengan cepat, akurat, dan interaktif. Baik MOOS maupun AI akan mengacak-acak metode pendidikan lama. Kegiatan belajar-mengajar akan berubah total. Ruang kelas mengalami evolusi dengan pola pembelajaran digital yang memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih kreatif, partisipatif, beragam, dan menyeluruh.
C. Disrupsi Telekomunikasi
Disrupsi teknologi mengubah banyak hal hampir disemua sektor kehidupan, seperti bisnis, kompetisi, adopsi dan inovasi teknologi serta organisasi perushaan. Transformasi operator telekomunikasi harus dimulai dengan perubahan mindset, transformasi dari layanan konvensional menjadi solusi digital, serta efisiensi organisasi yang berfokus menjawab kebutuhan pelanggan secara spesifik, dan bertindak secara lebih cepat.
D. Disrupsi Perubahan iklim.