Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Layanan Digital Buka Cakrawala Bisnis Telko

Layanan digital membuka cakrawala bisnis baru operator dunia yang tidak mau berlama-lama pasarnya tergerus.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Layanan Digital Buka Cakrawala Bisnis Telko
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Ilustrasi 

Oleh Moch S Hendrowijono *)

DIGITAL services (layanan digital) menjadi istilah baru seiring derasnya arus digitalisasi berupa berbagai layanan yang bisa diakses masyarakat melalui dunia digital. Layanan digital beragam, mulai dari jasa keuangan, kesehatan, dan pertukaran data, yang dilakukan secara daring.

Atau juga, layanan yang disediakan dalam format otomatis dan bisa disediakan melalui berbagai bentuk, antara lain aplikasi atau platform yang mengandalkan informasi dan data yang bersumber lebih dari satu komputer. Integrasi informasi dan data dari berbagai sumber itu tetap mengandalkan koneksi internet.

Upaya digitalisasi kehidupan dan tren efisiensi sudah terjadi sejak lama, namun pandemi Covid-19 berlipat ganda mempercepatnya. Berubahnya pola masyarakat bersosialisasi akibat harus belajar dan bekerja dari rumah, menuntut kebutuhan lebih dari sekadar mengembangkan media sosial, video dan gim.

Baca juga: Netflix Bocorkan Rencana Ekspansi ke Industri Game Lewat Layanan Cloud Gaming

Layanan digital semakin penting bagi manusia karena kehadirannya membuat hidup di muka bumi berjalan lebih simpel dan cepat. Dampak positif digital services di berbagai bidang, berkurangnya biaya manusia melakukan kegiatan, menciptakan efisiensi waktu, serta meningkatkan efektivitas kerja dan transparansi, di kalangan swasta maupun pemerintah.

Sementara jaringan operator diserang over the top (OTT) yang membawa konten tanpa bayar karena hanya merambat di atasnya, tetapi pasarnya bernilai 121,6 miliar dolar AS. Tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR – compound annual growth rate) tahun 2020 hingga 2027 bisnis ini rata-rata mencapai 29,4 persen, menembus pasar senilai satu triliun dolar AS.

Layanan digital membuka cakrawala bisnis baru operator dunia yang tidak mau berlama-lama pasarnya tergerus. Memang belum melampaui atau bahkan sama dengan yang disajikan OTT, namun upaya ini membuka peluang operator merebut pasar yang selama ini disandera OTT.

Berita Rekomendasi

Operator terbesar Jepang, NTT DoCoMo dengan 85 juta pelanggan, mulai fokus di penyediaan konten dan hasilnya sejak 2020 hingga 2021 terjadi kenaikan layanan digital sampai 134%. Ujar Jonathan Kriegel CEO NTT DoCoMo, pihaknya bermitra dengan penyedia layanan digital dan memosisikan diri mereka sebagai mitra konektivitas all in one.

Namun karena merasa hanya mendapat bagian sedikit sebagai mitra konektivitas yang pendapatan terbesarnya justru diraih penyedia layanan konten, sejak 2018 NTT DoCoMo menawarkan sendiri beberapa layanan digital sesuai keinginan pelanggan.

Mereka memperkaya layanan dengan beragam bidang, mulai dari smart mobility, health and wellness, digital commerce, hingga enterprise or home IOT (internet of things).

Film India

Cabang bisnis baru ini menawarkan lebih dari 100 aplikasi, yang populer antara lain disaster (kebencanaan) berupa empat aplikasi peringatan dini (early warning), pesan suara khusus gempa bumi, dan sebagainya. Pergeseran model bisnis ini membuat NTT DoCoMO menjadi operator modern yang sekaligus meninggalkan perang tarif.

Baca juga: Aliansi akan Buat Perusahaan Baru Antara MUFG dan NTT Docomo Jepang

Hal sama dilakukan operator terbesar berpangsa pasar 36% di India, Reliance Jio yang menambah layanan digital mengacu pada minat masyarakat, yang sejatinya sudah dimulai sejak 2016. Aplikasi berbasis film bernama JioCinema, merujuk kegemaran masyarakat menonton film, dalam empat tahun mampu bersaing dengan OTT yang dikuasai Netflix (20%), Amazon Prime (20%), dan Disney+ Hotstar (17%).

Pangsa pasar JioCinema memang baru 7%, tetapi JioTV yang juga mereka rilis saat yang sama dan mengakomodir lebih dari 800 kanal televisi, pada 2018 sudah menjaring 31,2 juta unique visitor, tahun berikutnya meraih 74,5 juta. Jumlah penikmatnya 86 jutaan, sekitar 20% dari 413 juta pelanggan Reliance Jio, dan ini mendorong mereka merambah ke layanan kesehatan, keamanan data, gim dan berita.

Di Tanah Air, Telkomsel sebagai perusahaan layanan digital menangkap peluang itu dengan melakukan tiga strategi, melakukan investasi terhadap perusahaan rintisan, berkolaborasi membentuk perusahaan rintisan baru, dan membangun perusahaan rintisan dari nol. Ketiga strategi ini dijalankan Telkomsel dengan membentuk anak perusahaan baru, yakni Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) dan Indico (Indonesia Digital Ecosystem).

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas