Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mengenal Leukemia Granulositik Kronik
Salah satu kanker darah adalah leukemia granulositik kronik (LGK) atau sering juga disebut sebagai Chronic Myeloid Leukemia (CML).
Editor: Sri Juliati
Translokasi gen tersebut akan mengakibatkan peningkatan jumlah sel darah putih seri granulosit yang tidak terkendali.
Meskipun merupakan kelainan di tingkat gen, tetapi penyakit ini bukanlah penyakit genetik yang diturunkan.
Jika mendapatkan tanda dan gejala tersebut, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan darah lengkap dan gambaran darah tepi.
Jika diperlukan akan dilakukan pemeriksaan analisis sitogenetik untuk menemukan kromosom Philadelphia atau pemeriksaan uji molekuler PCR guna mendeteksi adanya translokasi Bcr-Abl.
Sekitar 95 persen penderita LGK ternyata terdapat gambaran translokasi Bcr-Abl dari pemeriksaan yang dilakukan.
Temuan adanya translokasi Bcr-Abl telah mengubah paradigma pengobatan LGK.
Pengobatan sebelumnya, hasil yang diperoleh tidak begitu menggembirakan.
Tidak jarang pasien datang sudah dalam stadium lanjut.
Pengobatan yang tersedia juga belum menyasar penyebab penyakit, seringkali hanya bisa untuk meredakan gejala saja.
Seperti transfusi darah untuk mengoreksi kondisi anemia, misalnya.
Perkembangan berikutnya ditemukan berberapa obat yang dapat menghambat peningkatan jumlah sel darah putih, tetapi memiliki efek samping yang dapat menganggu pasien.
Pengobatan terkini adalah dengan menggunakan obat golongan tyrosine kinase inhibitor (TKI).
Obat ini bekerja dengan cara mengikat formasi Bcr-Abl inaktif dan menghambat sinyal Bcr-Abl yang menjadi penyebab LGK.
Saat ini di Indonesia, setidaknya telah beredar tiga macam obat golongan TKI untuk pengobatan LGK.