Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Doni Monardo: Menjaga Alam Harus Jadi Perilaku, Bukan Slogan
Doni mengucapkan terima kasih kepada Civitas Akademika Universitas Krisnadwipayana yang mengundangnya pada acara penting itu.
Editor: Hasanudin Aco
"Bayangkan, jika padi mengandung logam berat akibat air yang tercemar. Bahkan, tidak sedikit ikan di sungai mengandung mercuri dan formalin. Padahal, untuk mewujudkan manusia berkualitas tidak cukup dari bangku sekolah atau bangku kuliah saja. Manusia berkualitas juga ditentukan oleh asupan gizi, makan dan minum yang bebas racun, serta udara yang bersih dari polusi,” tegas Danjen Kopassus 2014 – 2015 itu.
Menurut Doni, generasi muda dihadapkan pada ancaman nyata yang menghadang di depan mata. Ancaman bisa berupa potensi dan yang sudah terjadi.
Disebut potensi ancaman, antara lain terjadinya perang atau konflik antarnegara. Bisa terjadi kapan saja.
Sebaliknya, ada ancaman nyata yang sudah dan sedang kita hadapi. “Ancaman nyata itu adalah, climate change dan atau kerusakan lingkungan,” tambahnya.
Berdasar data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tahun 2021 terjadi 5.402 bencana sepanjang tahun. Sedangkan, hingga Agustus tahun 2022 sudah terjadi 1.926 bencana.
Hampir semua bencana diakibatkan oleh kerusakan alam dan perbuatan manusia.
Di akhir acara, Doni menyingung prinsip-prinsip demokrasi (kedaulatan di tangan rakyat). Selain demokrasi, Doni menitipkan pula pesan idealisme yang lain, yakni ecocracy (kedaulatan lingkungan hidup).
“Ecocracy merupakan gagasan yang tak jauh beda dengan paham-paham lain yang sudah dikenal sebelumnya. Misalnya, teokrasi (kedaulatan Tuhan), demokrasi (kedaulatan rakyat), nomokrasi (kedaulatan hukum),” pungkas Doni. (*/egy massadiah)