Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Ir Soekarno Presiden Pertama Republik Indonesia Santri HOS Tjokroaminoto
Soekemi Sosrodiahrdjo menitipkan Soekarno yang berusia 15 tahun mondok di salah satu rumah di gang Paneleh VII No. 29-31.
Editor: Wahyu Aji
![Ir Soekarno Presiden Pertama Republik Indonesia Santri HOS Tjokroaminoto](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/bintang-wahyu-saputra.jpg)
Oleh: Bintang Wahyu Saputra, S.E., M.M.
Ketua Umum Pengurus Besar Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (PB. SEMMI)
TRIBUNNERS - Demi kelancaran pendidikan anaknya yang melanjutkan ke Hoogere Burger School (HBS) di Surabaya, Soekemi Sosrodiahrdjo menitipkan Soekarno yang berusia 15 tahun mondok di salah satu rumah di gang Paneleh VII No. 29-31.
Rumah di gang Paneleh itu milik Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, Ketua Sarekat Islam, Organisasi Politik dengan jumlah anggota 2,5 juta orang.
Sarekat Islam juga organisasi pertama yang menggagas Nasionalisme melalui pemikiran H.O.S Tjokroaminoto Zelfbestuur yang disampaikan didepan peserta Kongres Nasional Pertama Central Sarekat Islam.
Saat mondok di rumah H.O.S. Tjokroaminoto Soekarno tidak sendiri ada 9 (Sembilan) anak muda yang juga tinggal di rumah Ketua Sarekat Islam itu, dua diantaranya Semaun dan Kartosoewiryo.
Ketiga santri Tjokroaminoto ini dalam perjalanan sejarahnya tercatat sebagai tokoh pergerakan nasional Indonesia.
Meski berasal dari pondokan yang sama rumah Paneleh ketiganya memiliki pandangan yang berbeda tentang tatanan dan landasan bernegara.
Walau berbeda gagasan bernegara ketiganya memiliki kesamaan, ada aroma sosialisme yang kental.
Rumah Paneleh
Islam dan Sosialisme merupakan dua hal yang sangat akrab bagi santri yang pernah mondok di rumah Paneleh.
Islam dan Sosialisme merupakan gagasan genuine Tjokroaminoto yang disampaikan kepada murid-muridnya.
Kata Buya Hamka, salah satu santri rumah Gang Paneleh, HOS Tjokroaminoto tidak pernah mencela (Karl) Marx dan (Friedrich) Engels bahkan berterima kasih kepada keduanya sebab teori Histori Materealisme Marx dan Engels telah menambah jelasnya bagaimana kesatuan sosialisme yang dibawa Nabi Muhammad sehingga kita sebagai orang islam merasa beruntung sebab tidak perlu mengambil teori yang lain lagi. (Amelz, H.O.S. Tjokroaminoto Hidup dan Perjuangnya, 1952:36).
Selain Buya Hamka ada nama-nama lain yang kemudian hari dikenal sebagai tokoh pergerakan islam yang menjadi peserta kursus politik Islam dan Sosialisme, yaitu K.H. Ahmad Dahlan, pendiri persarikatan Muhammadiyah dan K.H. Mas Mansyur.
![Baca WhatsApp Tribunnews](https://asset-1.tstatic.net/img/wa_channel.png)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.