Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Mengenal Sindroma Darah Kental

Sindroma darah kental atau sindroma antifosfolipid adalah kondisi di mana darah menjadi lebih kental dan mudah membeku.

Editor: Sri Juliati
zoom-in Mengenal Sindroma Darah Kental
Shutterstock
Ilustrasi - Sindroma darah kental atau sindroma antifosfolipid adalah kondisi di mana darah menjadi lebih kental dan mudah membeku. Tanda klinis sindroma darah kentalbaru tampak setelah terjadi kejadian penyumbatan aliran darah seperti stroke atau serangan jantung pada mereka yang tidak memiliki faktor risiko kejadian kardiovaskuler sebelumnya. 

Wanita lebih berisiko menderita sindroma darah kental dibandingkan dengan pria.

Seseorang yang memiliki penyakit autoimun seperti Lupus memiliki risiko lebih besar mengidap sindroma ini.

Di sisi lain, mereka yang memiliki antibodi terhadap penyakit ini mungkin tidak menunjukkan gejala.

Namun memiliki risiko besar terjadi sumbatan pembuluh darah jika hamil, imobilisasi lama, menjalani operasi, perokok, menggunakan kontrasepsi hormonal dan mereka yang memiliki kadar kolesterol dan trigliderida yang tinggi.

Konfirmasi diagnosis sindroma darah kental dilakukan dengan cara memeriksa antibodi antifosfolipid sebanyak dua kali pemeriksaan dengan jeda setidaknya 12 minggu antar kedua uji tersebut.

Diagnosis sindroma darah baru ditegakkan jika antibodi tersebut mengakibatkan gejala klinis.

Terapi penyakit ini adalah dengan menggunakan obat pengencer darah.

Berita Rekomendasi

Dokter dapat memberikan heparin yang diberikan secara suntikan maupun warfarin tablet untuk mengelola kasus ini.

Pemantauan tingkat kekentalan darah perlu dilakukan secara periodik mengingat risiko terjadi perdarahan jika darah menjadi terlalu encer saat diberikan obat tersebut.

Saat ini, beberapa obat pengencer darah generasi baru sudah tersedia. Obat-obatan ini meskipun relatif tidak perlu dilakukan pemantauan tingkat kekentalan darah tetapi tetap harus di bawah pengawasan dokter.

Untuk mencegah komplikasi perdarahan, pasien yang mendapatkan terapi obat pengencer darah harus lebih berhati-hati dalam beraktivitas sehari-hari.

Misalkan menghindari aktivitas olahraga yang menimbulkan kontak fisik atau risiko terjatuh. Berhati-hati jika bekerja menggunakan pisau atau gunting.

Pada sebagian besar kasus komplikasi sindroma darah kental seperti trombosis vena dalam, stroke, serangan jantung maupun keguguran berulang memerlukan pengobatan medis.

Konsultasi medis perlu segera dilakukan untuk mencegah perburukan komplikasi. (*)

dr Wahyu Djatmiko SpPD KHOM, Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
dr Wahyu Djatmiko SpPD KHOM, Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto (ISTIMEWA/TRIBUNNEWS.COM)
Sumber: TribunSolo.com
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas