Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Pemilihan Presiden Adalah Jembatan Menuju Indonesia Emas

Pada 2045 mendatang, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi, yakni 70 persen jumlah penduduk Indonesia ada dalam usia produktif, yakni usia 15-64.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Pemilihan Presiden Adalah Jembatan Menuju Indonesia Emas
Istimewa
ilustrasi Pilpres. Pemilu 2024 bisa menjadi batu pijakan agar visi Indonesia Emas 2045 itu bisa dicapai sesuai dengan harapan. Sebab, Pemilu 2024 akan menjadi pemilu yang menentukan desain ekonomi dan strategi geopolitik Indonesia. 

oleh: Jufriyadi, Keluarga Aktivis Mahasiswa Unversitas Jayabaya

TRIBUNNERS - Tahun 2045 merupakan momentum bersejarah bagi Indonesia. Sebab pada saat itu, Indonesia akan genap berusia seratus tahun alias satu abad.

Inilah kemudian yang memunculkan wacana dan gagasan mengenai Generasi Emas Indonesia 2045.

Tahun 2045 memang masih cukup lama, yakni sekitar 22 tahun lagi.

Namun calon-calon bibit unggul generasi emang tersebut sudah ada dari sekarang.

Anak kecil atau mereka yang baru lahir saat ini sudah ada di sekeliling kita.

Ledakan kelahiran di Indonesia yang diperkirakan membludak pada masa pandemi (2020 dan 2021) menjadi sesuatu yang perlu diberikan perhatian khusus.

Berita Rekomendasi

Sebab, bayi-bayi itulah yang kelak akan menjadi penduduk usia produktif pada 2045 mendatang.

Dan mereka lah yang akan menjadi pemimpin Indonesia pada 2045 kelak.

Nampaknya tak naif jika kita sebut, di tangan anak kecil dan bayi-bayi yang ada sekarang inilah, masa depan dan nasib Indonesia dipertaruhkan.

jufriyadi ksj
Jufriyadi.

Karena itulah, mereka harus dipersiapkan sejak dini agar bisa bertarung pada masanya nanti.

Pada 2045 mendatang, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi, yakni 70 persen jumlah penduduk Indonesia ada dalam usia produktif, yakni usia 15-64 tahun.

Sementara 30 persen sisanya merupakan penduduk yang tidak produktif, karena berusia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun.

Melihat fakta tersebut, bonus demografi di Indonesia memang tak bisa dihindari.

Namun di sinilah tantangan itu bermula. Jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan baik, maka bisa membawa dampak buruk bagi Indonesia, utamanya dalam masalah sosial seperti kemiskinan, kesehatan yang rendah, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi.

Middle Class Country Trap

Kenyataan pahit terkuak. Ternyata, Indonesia sudah terjebak sebagai middle income country atau negara berpendapatan menengah selama 29 tahun.

Ini artinya, hanya tersisa 23 tahun bagi Indonesia untuk terbebas dari middle income trap sesuai dengan visi 2045.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Bappenas Suharso Monoarfa pernah mengatakan pada 2022 lalu, Indonesia sebenarnya telah menjadi negara middle income country lebih awal dibandingkan China, yakni pada 1982-1983.

Baru pada 2002 hingga 2019, Indonesia masuk kembali ke kelompok middle income.

Sebelum akhirnya masuk ke upper middle income country dan turun lagi ke lower middle income country akibat Covid-19.

Menurut Suharso, Yang menarik middle income itu, sering kali terjebak untuk bisa naik kelas, graduasi ke tingkat lebih tinggi.

Banyak ranjaunya, banyak hal yang harus dilakukan untuk naik lebih tinggi.

Ia melanjutkan, butuh pertumbuhan rata-rata 6 persen per tahun agar Indonesia bisa keluar dari middle income trap.

Perlunya sejumlah inovasi

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mendukung cita-cita terwujudnya gemilang Generasi Emas Indonesia 2045 adalah dengan melakukan sejumlah strategi dan inovasi.

Salah satu inovasi yang perlu dilakukan adalah di bidang pendidikan.

Sebab pendidikan adalah elemen yang paling fundamental dari kokohnya sebuah bangsa dan negara. Dan kini Indonesia tengah menuju momentum gemilang yakni 100 tahun kemerdekaan pada 2045 mendatang.

Ini adalah momentum yang tepat bagi dunia pendidikan untuk mengambil perannya dalam menciptakan generasi emas Indonesia. Ini juga menjadi momentum bagi para pemangku kepentingan di dunia pendidikan untuk menata dengan sebaik-baiknya agar tercipta pendidikan yang berkualitas.

Salah satu inovasi yang bisa dilakukan dalam dunia pendidikan adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dalam mendistribusikan pengetahuan pada setiap individu.

Kemajuan teknologi kini memudahkan kita untuk mendapatkan pengetahuan lebih banyak dengan cara yang lebih mudah.

Tak hanya pendidikan formal di sekolah, dengan kemajuan tekonologi, kita bisa berinovasi dengan melakukan sejumlah pelatihan secara online, guna melatih kemampuan dan inovasi kita untuk kedepannya melalui ikut pelatihan kewirausahaan, mengikuti organisasi yang bisa mengembangkan minat dan bakat.

Pemilu 2024 sebagai titik tolak

Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sudah di depan mata. Kurang dari 6 bulan lagi, rakyat Indonesia akan memilih pemimpinnya yang baru, tepatnya pada 14 Februari 2024. Dalam kaitannya dengan visi Indonesia Emas 2045,

Pemilu 2024 bisa menjadi batu pijakan agar visi Indonesia Emas 2045 itu bisa dicapai sesuai dengan harapan.

Sebab, Pemilu 2024 akan menjadi pemilu yang menentukan desain ekonomi dan strategi geopolitik Indonesia.

Siapapun yang nantinya terpilih menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia, akan menentukan arah ekonomi Indonesia selanjutnya.

Dan jika salah menentukan arah ekonomi itu, maka bisa jadi cita-cita emas Indonesia 2045 akan tidak tercapai.

Hal yang sama juga berlaku pada strategi geopolitik.

Pemimpin yang akan terpilih pada Pemilu 2024 nanti, juga akan menentukan strategi geopolitik Indonesia. Sebagaimana kita tahu, suatu negara membutuhkan geopolitik guna menentukan pembinaan politik nasional.

Hal ini didasarkan kondisi dan situasi geografis dalam mencapai tujuan negara tersebut.Indonesia sebagai negara kepulauan, mempunyai geopolitik tersendiri, yaitu Wawasan Nusantara.

Sementara hakikat dari Wawasan Nusantara adalah menyatukan perbedaan dan batasan wilayah di seluruh Indonesia, sehingga dapat terwujud bangsa Indonesia yang bersatu dan utuh dalam mencapai tujuan nasional.

Wawasan Nusantara Indonesia dibentuk serta dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang berdasar falsafah Pancasila.

Dalam konteks itu, Pemilu 2024 nanti harusnya melahirkan pemimpin Indonesia yang juga memiliki pandangan Wawasan Nusantara sebagai strategi geopolitiknya.

Pemimpin Indonesia selanjutnya tetapharus memiliki keinginan untuk menyatukan semua perbedaan yang ada di Indonesia, baik itu perbesaan suku, agama, budaya dan adat istiadat.

Jika Pemilu 2024 tidak melahirkan pemimpin yang demikian, maka bisa dipastikan Indonesia akan terpuruk dan cita-cita gemilang Indonesia Emas 2045 tidak akan terwujud.

Karena itulah penting bagi kita untuk memahami sosok calon pemimpin Indonesia yang selanjutnya. Salah satu opsi adalah dengan menyatukan atau mengkolaborasikan antara pemimpin tua dan muda dalam satu paket capres dan cawapres.

Adapun hal ini penting dilakukan, sebagai upaya untuk mentransfer ilmu dan pengalaman dari pemimpin tua kepada sosok pemimpin muda yang nantinya akan menjadi pemimpin ketika Indonesia memasuki masa emas, yakni pada 2045.

Kolaborasi tersebut juga bsa dimaknai sebagai persiapan untuk beralihnya tongka testafet kepemimpinan Indonesia dari figur yang tua kepada sosok yang lebih muda.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas