Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Posyandu Naik Kelas untuk Keluarga Indonesia
Posyandu adalah garda terdepan dalam memberikan layanan kesehatan dasar bagi ibu dan anak.
Editor: Willem Jonata
Oleh Fery Farhati - Ketua TP PKK Provinsi DKI Jakarta 2017-2022
“Aku anak sehat, tubuhku kuat!
Karena ibuku rajin dan cermat,
Semasa aku bayi selalu diberi ASI,
Makanan bergizi dan imunisasi,
Berat badanku ditimbang selalu, Posyandu menunggu setiap waktu,
Bila aku diare ibu selalu waspada, pertolongan oralit selalu siap sedia.”
Lirik lagu ini terasa akrab dan sering digumamkan oleh siapapun yang tumbuh besar di era tahun 80an dan 90an. Era tersebut merupakan masa keemasan Posyandu. Iklan Posyandu dan lagu “aku anak sehat” saat itu berulang kali ditayangkan di TVRI dan RRI.
Tidak sedikit anak-anak hafal lagu tersebut dan banyak orangtua yang dapat memaknai pentingnya Posyandu. Masa itu Posyandu selalu menjadi rujukan pertama dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi ibu dan anak, layanan imunisasi, layanan KB hingga penyuluhan dan upaya pemenuhan gizi keluarga.
Kehadiran Posyandu berawal dari upaya pemerintah dalam mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi serta sebagai salah satu upaya untuk mengintegrasikan berbagai layanan kesehatan masyarakat dalam satu wadah.
Melalui Instruksi Bersama antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri pada tahun 1984, Posyandu terbentuk. Posyandu menjalankan 5 kegiatan yaitu kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), Imunisasi, Gizi dan penanggulangan diare.
Baca juga: Punya Peran Besar Turunkan Stunting, Kader Posyandu Butuh Kompetensi Mumpuni
Lima kegiatan tersebut yang kemudian diterjemahkan ke dalam 5 meja pelayanan yang terus dilaksanakan hingga saat ini. Pelaksanaan Posyandu secara masal untuk pertama kali dilakukan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1986 di Yogyakarta, bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional.
Pada periode tahun 1971 – 1997, data BPS menunjukkan adanya penurunan angka kematian bayi (AKB) dari 145 menjadi 52. Tren penurunan tersebut terus terjadi dan dalam rentang waktu 50 tahun (1971-2022) penurunan AKB di Indonesia mencapai 90 persen. Penurunan yang signifikan ini dapat tercapai karena adanya peningkatan jumlah balita yang mendapatkan imunisasi lengkap serta peningkatan rata-rata lama pemberian ASI.
Penurunan angka kematian ibu (AKI) juga mengalami tren penurunan walaupun tidak sebanyak AKB. Tren AKI pada tahun 2010-2020 mengalami penurunan sebesar 45%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kualitas layanan kesehatan di Indonesia termasuk melalui Posyandu. Ini juga menjadi bukti nyata bahwa Posyandu mampu memenuhi tujuan awal pembentukannya.
Posyandu adalah garda terdepan dalam memberikan layanan kesehatan dasar bagi ibu dan anak. Karenanya Posyandu memiliki peran yang strategis dalam mendorong pencapaian Indonesia Generasi Emas.
Terlepas dari perkembangannya, akhir-akhir ini pelaksanaan Posyandu kurang mendapat perhatian dan belum optimal dimanfaatkan dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan kesehatan di masyarakat seperti isu stunting dan imunisasi anak.
Salah satu kendala yang dihadapi adalah masalah persebaran atau ketersediaan Posyandu. Pada tahun 2022, Kementerian Dalam Negeri mendata ketersediaan Posyandu di Indonesia sebanyak 213.617 unit. Angka yang tergolong belum cukup untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar di lebih dari 1,1 juta rukun tetangga (RT), yang tersebar di 80.000 desa dan 514 kota/kabupaten. Selain itu, belum efektifnya proses pelaksanaan pelayanan, pendataan yang belum optimal, fasilitas dan kelengkapan alat kesehatan kurang memadai atau seadanya sesuai kemampuan swadaya masyarakat, minimnya kompetensi kader hingga dilema kelembagaan merupakan daftar panjang permasalahan Posyandu yang ada saat ini.
Dalam rangka hari Kesehatan Nasional, kita perlu memikirkan kembali upaya yang dapat ditempuh bersama untuk mengembalikan kejayaan Posyandu serta membangkitkan kepercayaan masyarakat terhadap unit kesehatan paling dasar tersebut dalam memenuhi dan mendekatkan layanan kesehatan kepada masyarakat.
Pembenahan Kelembagaan Posyandu
Langkah pertama adalah dengan melakukan pembenahan kelembagaan dan payung hukum operasional Posyandu. Kelembagaan Posyandu yang rumit dan banyaknya Organisai Perangkat Daerah (OPD) yang mengampu kegiatan Posyandu mengakibatkan pelaksanaan di lapangan menjadi rancu dan tidak optimal.
Masing-masing OPD saling mengandalkan satu sama lain dan melempar tanggung jawab, sehingga pelaksanaannya cenderung tidak efektif. Harapannya ada ketegasan yang diturunkan dari level kementerian untuk menentukan pengampu utama yang diberi tanggung jawab dalam pelaksanaan Posyandu secara keseluruhan dibantu oleh supporting OPD yang menyediakan dukungan sesuai bidangnya.
Selain kerancuan dalam kelembagaan, upaya peningkatan kapasitas kader-kader Posyandu-pun masih tersendat. Kurangnya pemberian pelatihan untuk para kader, membuat terbatasnya kompetensi diri kader dalam berinovasi.
Para kader bergerak sesuai dengan ilmu yang mereka miliki yang sangat mungkin sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. Oleh sebab itu, semangat para kader Posyandu perlu terus didukung melalui pelaksanaan berbagai pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan saat ini.
Posyandu juga harapannya dapat naik kelas dengan membuka peluang pelibatan masyarakat dalam menggerakkan Posyandu. Keterlibatan masyarakat dapat berdampak terhadap aktivasi Posyandu di kelurahan/desa.
Sebagai contoh, melibatkan dokter yang berdomisili dekat dari lokasi penyelenggaraan Posyandu sebagai tenaga kesehatan Posyandu. Harapannya tumbuh rasa kepemilikan yang kuat atas keberhasilan Posyandu di wilayahnya. Salah satu contoh praktik baik pelibatan masyarakat adalah pelaksanaan Posyandu ada di Cempaka Putih Barat tepatnya di Komplek Dittopad (Direktorat Topografi Angkatan Darat) RW 08, Jakarta Pusat.
Ada rasa kepemilikan terhadap Posyandu dan berkat dukungan Persatuan Istri Tentara (Persit) Kartika Chandra Kirana XVI Dittopad PG Mabesad, berhasil melibatkan banyak aktor lokal dalam penyelenggaraan Posyandu di wilayah tersebut.
Efisiensi Pelayanan Posyandu dan Pendataan yang terintegrasi
Pelayanan Posyandu baiknya mengedepankan aspek kenyamanan dan kearifan lokal masyarakat setempat. Upaya dalam menyederhanakan prosedur perlu dilakukan agar lebih efisien. Efisiensi ini dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengunjung dalam menerima layanan Posyandu.
Pelayanan Posyandu yang lebih ramah dan efisien tersebut kiranya dapat mengatasi permasalahan minimnya partisipasi masyarakat. Selain itu, perlu didorong sosialisasi tentang pentingnya Posyandu agar dapat menumbuhkan minat masyarakat untuk datang ke Posyandu.
Sebagai contoh inovasi kegiatan Posyandu terintegrasi di apartemen Kalibata City yang mengadakan kegiatan Posyandu bersamaan dengan Posbindu, pemeriksaan gigi dan edukasi mobil pelangi Pancoran (Pasukan Edukasi dan Layanan Kesehatan Warga sekitar Pancoran). Inovasi mereka mampu mendorong partisipasi aktif dan menjadikan Posyandu sebagai rujukan masyarakat karena memenuhi kebutuhan ibu dan anak di sekitar.
Peran serta masyarakat dalam aktivasi Posyandu sangat krusial, begitu juga peranan pemerintah. Kolaborasi lintas sektor khususnya terkait pendataan yang terintegrasi pun menjadi salah satu hal fundamental dalam memastikan pelayanan tepat sasaran. Data yang akurat dan riil menjadi faktor penentu keberlangsungan pelayanan.
Data adalah kunci. Karena itu, proses pengumpulan, pengolahan hingga pemutakhiran data perlu dipikirkan secara serius untuk memudahkan berbagai pihak khususnya para kader untuk bergerak di lapangan.
Digitalisasi Posyandu
Sudah saatnya Posyandu untuk naik kelas melalui digitalisasi Sistem Informasi Posyandu (SIP). Melalui digitalisasi SIP, Posyandu dapat bergerak lebih cepat, efisien dan terarah.
Pemanfaatan datapun menjadi lebih mudah dan kaya data. Data longitudinal sangat mungkin didapat dari pencatatan yang rapi secara digital, sehingga pemerintah akan mendapatkan informasi yang kaya dan akurat sebagai dasar dalam menyusun kebijakan terkait kesehatan ibu dan anak.
Di Jakarta, digitalisasi data sudah berhasil dijalankan melalui Pendataan Keluarga Satu Pintu melalui aplikasi Carik Jakarta oleh para kader Dasawisma.
Hasilnya, pendataan keluarga di Jakarta terlaksana lebih efektif, terus berkembang dan data dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Posyandu juga memiliki peluang yang sama melalui kerjasama dari berbagai pihak untuk mempercepat proses digitalisasi.
Tidak diragukan lagi, Posyandu punya banyak potensi yang dapat dikembangkan untuk peningkatan kualitas masyarakat Indonesia yang lebih merata.
Revitalisasi Posyandu kiranya akan membantu mengatasi isu kesehatan masyarakat seperti isu stunting, isu berkaitan dengan ibu hamil, dan berbagai masalah lainnya. Harapannya, upaya revitalisasi Posyandu akan menjadikan Posyandu sebagai primadona dalam upaya transformasi kesehatan Indonesia.
Selamat Hari Kesehatan Nasional!