Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Potret Kasad Baru, Maruli “Bapak Air” Simanjuntak
Kiprah Maruli tidak saja sigap dalam membantu program tanggap darurat hingga pasca bencana alam di NTT. Maruli sudah sangat dikenal hingga pelosok.
Editor: Muhammad Zulfikar
Catatan Egy Massadiah
TRIBUNNEWS.COM - Bintang di pundaknya bertambah satu, menjadi empat. Jenderal TNI Maruli Simanjuntak pun dikukuhkan menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) ke-35, pada Rabu (29/11/2023).
Sosok Maruli, lulusan Akmil 1992 yang saya kenal sejak berpangkat Letnan Dua itu, adalah prajurit yang tebal akan aneka pengalaman. Seorang humoris.
Beberapa jabatan puncak kesatuan pernah ia sandang, dimulai dari Komandan Detasemen Tempur Cakra (2002), Komandan Batalyon 21 Grup 2/Sandi Yudha (2008-2009).
Baca juga: Maruli Simanjuntak Diyakini Mampu Jaga Netralitas TNI AD di Tahun Politik
Selanjutnya, Komandan Sekolah Komando Pusdikpassus (2009—2010), Komandan Grup 2/Sandi Yudha (2013—2014), Komandan Grup A Paspampres (2014—2016), Komandan Korem 074/Warastratama (2016—2017), Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) (2018—2020), Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) IX/Udayana (2020—2021), Pangkostrad (2022 – 2023).
Menderetkan jabatan yang pernah disandang, adalah cara termudah untuk mengetahui kapasitas dan kapabilitasnya sebagai seorang prajurit. Lebih khusus, prajurit baret merah yang dikenal sebagai pasukan elite milik negara kita.
Potret Maruli
Sebagai sahabat yang –kebetulan—berprofesi jurnalis, saya semakin intens memotret perjalanan karier Maruli di TNI. Di luar itu, bahkan saya menyimpan catatan-catatan yang lebih personal.
Catatan-catatan itu sering saya keluarkan saat bertemu dan bisa ngobrol santai, sambil tertawa-tawa. Tertawa bahagia demi kenangan lama yang tak mungkin terulang.
Misalnya, kenangan jejak Maruli dan kawan-kawan seangkatan, saat awal penugasan, tahun 90-an. Tahun itulah saya diperkenalkan ke Maruli oleh teman Taman Kanak-Kanak di Sengkang Wajo, Sulawesi Selatan, bernama Andi Sirajuddin Kube Dauda (Almarhum), yang akrab dipanggil Aju.
Ia juga seorang tentara baret merah, lulusan Akmil lichting 1991. Satu angkatan di atas Maruli. Ayah Aju bernama Andi Kube Dauda, mantan bupati di Sulsel.
Aju dan Maruli bersahabat dekat karena sama-sama atlet judo. Mereka sering main ke tempat saya di Cinere, perbatasan Depok dan Jakarta Selatan. Sebaliknya, saya juga sering nongkrong di rumah Aju di Batu Ampar, Condet, Jakarta Timur. Tak jarang saya melihat dan menemani mereka latihan judo di Mako Kopassus, Cijantung. Masa masa itu, tiada hari tanpa latihan judo.
Saya perhatikan, angkatan 1991 dan 1992 sangat akrab. Apalagi mereka yang sama-sama mengikuti TC (Training Camp) sebagai atlet judo di bawah gemblengan pelatih judo dari Korea. Hampir setiap hari mereka berinteraksi.
Waktu terus bergulir. Aju, Maruli, dan yang lain mulai terpisah satu-sama-lain, karena penempatan tugas di daerah yang berbeda. Meski begitu kami terus berkomunikasi.
Jalinan komunikasi makin intens manakala sudah ada fasilitas handphone. Mulai dari pesan singkat (SMS), Blackberry Messenger (BBM), lalu WhatsApp (WA). Lebih intensif bertemu secara fisik ketika Maruli sudah berpangkat kolonel dan menjabat Komandan Grup A Paspampres.