Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Sekali Lagi Soal Naturalisasi Pemain Jika berbeda, Kenapa Harus Bersitegang?
Tidak ada yang keliru, baik untuk mereka yang pro maupun yang kontra. Basis pemikirannya, sama: untuk dan bagi Indonesia Jaya.
Editor: Toni Bramantoro
Di bawah ini sederet nama para pemain naturalisasi atau setidaknya bukan orang asli Perancis, Jerman, Belanda, Inggris, dan banyak negara lainnya yang memiliki andil hebat bagi negara yang mereka dukung.
JERMAN
Empat kali menjadi juara dunia, Jerman tidak ragu memakai para pemain yang bukan asli bangsanya. Padahal sejak era Hitler 1940an, Jerman adalah bangsa yang menganut faham rasis.
Itu sebabnya orang-orang Yahudi dan bangsa Israel dibumihanguskan Sepakbola di negara itu sangat tinggi kualitasnya.
Miroslav Klose dan Lukas Podolski, ingatkan kita pada kedua bintang Jerman itu? Mereka merupakan pemain keturunan Polandia yang dinaturalisasi sebagai warga Jerman.
Ternyata bukan mereka berdua saja, masih ada nama-nama seperti: Oliver Neuville, Fredi Bobic, Gerald Asamoah, bintang Jerman yang diimpor dari proses Naturalisasi.
Masih ada lagi, di bawah ini para pemain nasional Jerman warga keturunan:
Mesut Ozil (Turki), Sami Khedira (Tunisia), dan Jerome Boateng (Ghana).
Di dalam tim U17 mereka yang baru saja berhasil mengawinkan Juara Eropa dan Juara Dunia. Dan, tolong dicatat, pemain asli Jermannya hanya lima orang, selebihnya dari Afrika dan negara-negara lain.
PERANCIS
Perancis juga tidak malu dan tidak merasa berkurang sedikitpun kebanggaan mereka pada tim nasionalnya, meski punggawa mereka bukan orang Perancis asli. Hanya satu kasus di mana Zidane pernah diserang oleh orang yang kemudian dihukum berat karena rasisme.
Inilah Pemain-pemain Prancis dengan status keturunan. Siapa yang berani mengatakan bahwa Zinedine Zidane, bukan pahlawan Perancis untuk Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000? Zidane aslinya orang Aljazair. Lalu ada Thierry Henry (Guadaloupe), Lilian Thuram (Guadalopue), Patrick Vierra (Senegal), Marcel Desailly (Ghana), serta Karim Benzema (Aljazair).
Di samping itu, masih ada bintang besar Prancis yang statusnya sebagai Imigran. Bagi penggila sepakbola, siapa yang tak mengenal nama-nama besar ini? Michel Platini (Italia), Youri Djorkaeff (Armenia), David Trezeguet (Argentina), ternyata mereka bukan orang Perancis asli lho, dan tak seorang Prancis pun yang tidak menghormatinya.
BELANDA
Meski belum pernah menjadi juara dunia, tetapi reputasi Kincir Angin dalam dunia sepakbola, tidak bisa diragukan. Tahun 1974 dan 1978, mereka memelopori gaya total football yang menggetarkan dunia.
Generasi berikutnya, kita tak bisa menafikan Trio-Belanda: Marco van Basten, Frank Rijkard, dan Ruud Gullit. Mereka moncer dan menggetarkan dunia, 1988. Bukan hanya mampu menjadi juara Eropa, trio itu terbang setinggi-tingginya.
Jangan lupa, Rijkard dan Gullit, pasti bukan orang Belanda asli. Tengoklah warna kulitnya. Tapi, lagi-lagi tidak seorang Belanda yang tidak memujanya.
Selain itu, malah ada bintang Belanda keturunan Indonesia, Indonesia? Iya, mereka: Simon Tahamata, Sonny Siloy, Giovanni van Brockhorst, Roy Mackaay, dan Kenny Tete adalah bintang di masanya.
INGGRIS
Banyak sekali pemain yang bukan asli orang Inggris, mereka berkiprah untuk negeri yang memakai semboyan: God and my right. Tapi, saya hanya akan mengambil contoh tiga pemain: John Barnes asli dari Jamaica. Bintang Liverpool 1987-1997, dipercaya membela tim nasional the Three Lions sejak 1982-95 sebanyak 79 kali.
John Fashanu asal British Guiana, dan Owen Hargreaves asli Kanada yang mulai berkiprah di tim nas Inggris sejak 2001-2008 dengan total 46 kali tampil.
Dan yang paling menonjol, calon-calon bintang Inggris masa depan, yang memperkuat Piala Dunia U17 di Indonesia, mayoritas anak-anak Imigran. Dari Jamaica 4, Irlandia 3, Nigeria 2. Lalu masing-masing 1 pemain dari Portugal, Selandia Baru, Polandia, Trinidad Tobago.
Jelas,kan? Jadi, jangan hanya karena kita pro atau kontra naturalisasi, kemudian harus bersitegang. Apalagi jika harus seperti dalam Pilpres 2019 yang membelah masyarakat menjadi Cebong dan Kampret. Lagi pula kita hanya sebatas berdiskusi, memberi saran, dan tidak lebih dari itu.
Untuk itu, biarlah perbedaan ada di antara kita. Dan biarlah perbedaan itu jadi keindahan dalam hidup.
Semoga bermanfaat...
* M. Nigara, Wartawan Sepakbola Senior