Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Posisi Strategis Houthi dan Lansekap Konflik Timur Tengah Terkini

Houthi tampil menjadi kekuatan politik bersenjata yang sangat ditakuti di Timur Tengah. Mereka kini menguasai mayoritas wilayah Yaman.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Posisi Strategis Houthi dan Lansekap Konflik Timur Tengah Terkini
MOHAMMED HUWAIS / AFP
Para pengunjuk rasa, salah satunya membawa potret pemimpin Houthi Abdul Malik al-Houthi, meneriakkan slogan-slogan saat unjuk rasa solidaritas dengan rakyat Gaza di ibu kota Sanaa yang dikuasai Houthi pada 5 Januari 2024 di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas di Gaza. 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Pasukan udara koalisi AS dan Inggris telah menggelar operasi militer dan menghantam sejumlah sasaran di Yaman.

Kedua kekuatan itu mengklaim menargetkan titik-titik kelompok Houthi yang menguasai mayoritas wilayah Yaman di utara maupun selatan.

Yaman pernah terbagi Yaman Utara yang beribukota di Sanaa, dan Yaman Selatan yang berpusat di kota pelabuhan Aden.

Kini, setelah runtuhnya rezim Abd Rabouh Mansour Hadi yang pro-Saudi pada 2014, kelompok Ansharullah itu mengontrol Yaman dari Sanaa dan Saada.

Sebelum AS dan Inggris menyerang Yaman beberapa waktu lalu, militer Houthi secara aktif melibatkan diri dalam konflik Palestina-Israel.

Mereka meluncurkan rudal jarak jauh melewati Laut Merah, dan menghantam kota pelabuhan Israel di Eilat.

Baca juga: AS Makin Ketar-ketir, IRGC dan Hizbullah Bantu Houthi di Laut Merah, Bakal Suplai Drone hingga Rudal

Baca juga: Misi Melemahkan Kekuatan Houthi, AS dan Inggris Bombardir Yaman dengan Dukungan 4 Negara

Baca juga: Asalkan Tak Terkait Israel, Houthi Janjikan Jalur Aman bagi Kapal Rusia dan China di Laut Merah

Berikutnya, secara mengejutkan, pasukan komando Houthi Yaman diterjunkan ke kapal kargo Galaxy Leaders yang dimiliki pengusaha Israel dan berbasis di Inggris.

Berita Rekomendasi

Kapal barang super jumbo berikut awak kapal dan isinya itu disita dan disandarkan di lepas pantai Hodeideh dalam kontrol pasukan Houthi.

Terbaru, kelompok Houthi menyerang kapal kargo AS Ocean Jazz dan sebuah kapal barang berbendera Singapura di lintasan Laut merah yang sempit.

Mereka mengancam akan menghantam semua kapal AS dan sekutunya yang melintasi lautan ini, baik kapal perang maupun kapal sipil.

Perkembangan di Laut Merah dan pesisir Yaman ini mengubah lansekap konflik politik bersenjata di Timur Tengah.

Houthi Yaman yang disebut berintikan kelompok beraliran Syiah Zaidiyah yang minoritas, kini tampil menjadi kekuatan yang menakutkan.

Laut Merah selama bertahun-tahun menjadi rute terpendek penghubung segala kebutuhan pokok negara-negara besar, baik di Eropa maupun Amerika dan Asia.

Menyeberangi Terusan Suez, maka perjalanan barang komoditas penting dunia dari benua Asia ke Eropa maupun sebaliknya, menjadi sangat efektif dan efisien.

Kenyataan terbaru ancaman Houthi, menjadikan perusahaan-perusahaan pelayaran mengalihkan rute perjalanan ke jalur lama lewat Tanjung Harapan di ujung benua Afrika.

Ini menyebabkan keterlambatan kargo karena lamanya perjalanan dan meningkatnya harga seiring bertambahnya konsumsi dan biaya bahan bakar serta kenaikan asuransi perjalanan.

Bisnis pelayaran terdampak serius, selain berpotensi mengganggu mata rantai (supply chain) pasokan bahan pangan maupun manufaktur industri.

Kapal kargo Galaxy Leader dikawal kapal Houthi di Laut Merah dalam foto yang dirilis 20 November 2023.
Kapal kargo Galaxy Leader dikawal kapal Houthi di Laut Merah dalam foto yang dirilis 20 November 2023. (Media/Handout Militer Houthi)

Konflik Palestina-Israel dengan demikian berpotensi meluas dan bisa menyeret negara-negara Timur Tengah dan koalisi barat ke peperangan panjang yang mematikan.

Terlebih, elite Israel belakangan berkeinginan pasukan Zionis itu masuk ke Jalur Philadelphia, koridor sepanjang 14 kilometer yang memisahkan Jalur Gaza dan Mesir di Sinai.

Israel menganggap jalur yang dikontrol Mesir itu terlalu terbuka, dan menjadikan kelompok Hamas mampu meningkatkan kemampuan militernya.

Teknologi persenjataan baru, komponen militer dan segala kebutuhan perkuatan senjata dipasok ke Gaza melalui terowongan-terowongan di sepanjang Philadelphia Line.

Keinginan Israel masuk dan turut mengontrol jalur ini bisa mengusik Mesir. Jika tidak dikelola baik-baik, maka konflik bisa kembali berkobar antara kedua negara bertetangga ini.

Campur tangan AS dan Inggris dengan menyerang Yaman tentu saja faktor lain yang mampu mengubah konstelasi konflik di wilayah ini.

Kedua kekuatan imperialis ini juga didukung sebagian kecil sekutunya di Eropa, membentuk koalisi militer Laut Merah.

Misinya menjaga keamanan navigasi di jalur pelayaran strategis ini. Namun koalisi ini rapuh. Prancis, Italia, dan Spanyol menarik diri dari aliansi yang digagas AS ini.

Kehadiran Houthi dan Yaman memang tidak hanya mengejutkan secara politik bagi Timur Tengah. Barat dan terutama Israel meyakini, Houthi adalah proksi Iran.

Pengaruh Iran begitu kuatnya, dilihat dari kemampuan luar biasa kelompok ini melawan koalisi Arab yang gagal mendudukkan kembali rezim Abd Rabouh Mansour Hadi.

Pasukan Arab Saudi yang diperkuat militer Emirat Arab, Bahrain, dan Kuwait, serta ribuan tentara bayaran dari Sudan dan beberapa negara lain, kocar-kacir gagal mengalahkan Houthi.

Lalu siapa sebenarnya Houthi ini? Secara singkat, kelompok yang dalam bahasa Arab bernama al-Ḥūtsiyyūn merupakan gerakan Islam politik dari Saada di Yaman utara pada 1990-an.

Di bawah kepemimpinan Husain Badruddin al-Houthi, kelompok itu muncul sebagai oposisi Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh yang kala itu berkuasa di Sanaa.

Abdullah Saleh dibekingi Arab Saudi dan AS. Husein terbunuh di Saada pada 2004 bersama sejumlah pengawalnya saat akan ditangkap.

Peristiwa ini memantik pemberontakan bersenjata Houthi. Sejak itu, kecuali untuk periode intervensi singkat, gerakan ini dipimpin saudara Husein, Abdul-Malik al-Houthi.

Perlawanan Houthi memikat rakyat Yaman. Slogan mereka, "Allah Mahabesar, kematian bagi AS, kematian bagi Israel, terkutuklah orang Yahudi, dan kemenangan bagi Islam", membius banyak orang.

Selain memperjuangkan otonomi lebih besar wilayah Houthi di Yaman utara, kelompok ini mendukung republik non-sektarian yang lebih demokratis di Yaman.

Houthi mengambil bagian dalam Revolusi Yaman 2011 dengan berpartisipasi dalam protes jalanan dan dengan berkoordinasi dengan kelompok-kelompok oposisi lainnya.

Mereka bergabung dengan Konferensi Dialog Nasional di Yaman sebagai bagian dari inisiatif Dewan Kerjasama Teluk (GCC) untuk menengahi konflik Yaman.

Namun, Houthi menolak ketentuan kesepakatan GCC November 2011 yang menetapkan pembentukan enam wilayah federal di Yaman.

Pada akhir 2014, Houthi memperbaiki hubungan mereka dengan Ali Abdullah Saleh yang sudah jatuh, dan mengambil alih ibukota Sanaa.

Houthi menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman, dan sejak 2015 menentang intervensi militer yang dipimpin Saudi di Yaman.

Perang berkobar, merenggut korban jiwa dan kerugian material tak terbayangkan di negeri paling miskin di jazirah Arab itu.

Perang Yaman ini kerap dijuluki “unforgotten war”, atau perang yang terlupakan. Miskin perhatian dunia internasional dan terutama kelompok-kelompok muslim penentang Israel, seperti Ikhwanul Muslimin dan Hisbut Tahrir.

Faktor Iran menjadikan para penjaja narasi konflik ini lebih menyukai apa yang sedang terjadi di Suriah. Slogan “Save Ghouta, Save Aleppo” mendominasi narasi di negeri-negeri muslim.

Slogan itu muncul ketika pasukan Suriah dibantu paramiliter pro-Iran mengempur dan merebut kembali Ghouta dan Aleppo yang semula dikuasai kelompok teroris Al Nusra dan jaringannya.

Sejak Houthi menguasai Yaman, maka sesungguhnya peta konflik Timur Tengah memang berubah. Iran, diaku atau tidak, telah menancapkan pengaruhnya lebih jauh ke Laut Merah.

Mereka berhasil di Irak dengan menempatkan jaringan ke Popular Mobilization Forces (PMF). Ini paramiliter Syiah yang sangat kuat di Irak saat menumpas ISIS.

Di Suriah, Iran secara terbuka menempatkan para konsultan militernya membantu Presiden Bashar Asaad melawan kelompok pemberontak dan ISIS.

Paramiliter Hezbollah Lebanon yang dekat dengan Iran, juga menempatkan kekuatannya di Suriah guna melawan ISIS dan kelompok teroris proksi Arab, barat dan Turki.

Dari peta ini, jelas Israel, AS dan sekutu barat maupun Timur Tengahnya, tak semata tak hanya melawan Houthi.

Lebih jauh lagi, ini adalah pertempuran pengaruh politik antara Iran di satu sisi, Arab Saudi di sisi lain, serta Israel dan beking baratnya di pihak berikutnya yang sangat berkepentingan.

Secara ancaman militer, bagi Israel, serangan rudal Houthi yang terbukti mampu menjangkau Eilat di ujung Laut Merah, bisa dianggap serius.

Namun bisa dinilai tidak terlalu strategis karena jaraknya yang sangat jauh dan harus melintasi wilayah Arab Saudi dan Yordania sebelum menembus Israel.

Israel lebih fokus ke Suriah, karena berbatasan langsung, dan berpotensi mendatangkan bencana lebih besar jika terjadi serangan langsung.

Sudah tak terhitung banyaknya Israel menggempur sasaran-sasaran di Suriah lewat udara. Suriah juga  memiliki jalur darat langsung ke Lebanon.

Ini memungkinkan pasokan senjata dan teknologi ke Hezbollah dari Iran yang sudah memiliki pijakan kaki di Suriah.

Apakah titik-titik konflik ini benar-benar bisa menyeret Timur Tengah ke peperangan besar, bahkan perang nuklir?

Kemungkinan itu sangat terbuka. Terlebih jika kekuatan raksasa seperti AS, gagal mengendalikan keinginan agresif dan impuls imperialisnya.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas