Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners

Tribunners / Citizen Journalism

Apa yang Harus Kita Tahu Tentang Isu Kim Jong-un Akan Memicu Perang Korea

Pemimpin Koea Utara Kim Jong-un mengubah sikap dan pendirian, menjauh dari proses unifikasi Korea karena AS pun juga berubah kebijakan.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Apa yang Harus Kita Tahu Tentang Isu Kim Jong-un Akan Memicu Perang Korea
STR/KCNA VIA KNS/AFP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kedua dari kanan) melambai saat dia menyaksikan pertunjukan besar Tahun Baru bersamanya putrinya Ju Ae di Stadion May Day di Pyongyang. 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Militer Korea Utara dilaporkan telah menembakkan sejumlah peluru kendali jelajah dari pantai baratnya ke Laut Kuning.

Informasi ini diungkapkan Kepala Staf Gabungan (JCS) Seoul. Penembakan peluru kendali jelajah itu berlangsung Rabu (24/1/2024) pagi.

Ini adalah perkembangan paling mutakhir situasi penuh ketegangan di Semenanjung Korea. Situasi yang diyakini sewaktu-waktu bisa meledak jadi konflik terbuka.  

Dua pekan lalu, Robert Carlin dan Siegfried Hecker, dua kolumnis dan peneliti isu Korea di situs https://www.38north.org/, merilis tulisan memikat.

Situs itu secara khusus mengupas isu-isu Semenanjung Korea, termasuk topik-topik paling sensitif terkait ketegangan dua Korea.

Baca juga: Korea Utara Gembar-gembor Kembangkan Sistem Senjata Nuklir Bawah Air, Remehkan Latihan AS

Baca juga: Kim Jong Un Perintahkan Penghancuran Monumen Persatuan Korut-Korsel

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-697, Vladimir Putin Antusias Diundang Kim Jong Un ke Korea Utara

Robert Carlin dan Siegfried Hecker memberi judul artikelnya, “Apakah Kim Jong un Bersiap untuk Perang?”

Judulnya langsung pada pokok isu. Keduanya menyodorkan kenyataan, Korea Utara telah berupaya melakukan proses normalisasi hubungan dengan AS.

BERITA TERKAIT

Ini riil terjadi, dan belum pernah terjadi kemajuan sedemikian sejak Perang Korea berakhir. AS adalah beking utama Korsel.

Presiden AS Donald Trump pada 2018-2019 secara sensasional mengunjungi zona demiliterisasi Korut-Korsel.

Ia bahkan sungguh-sungguh menapakkan kaki melintasi tapal batas simbolis kedua Korea yang sangat fenomenal.

Segunung harapan muncul dari pertemuan bersejarah kedua pemimpin ini, termasuk pertemuan Kim Jongun dengan lawannya, Presiden Korsel saat itu Moon Jae-in.

Ketegangan Korea diyakini akan segera surut, dan bahkan mengarah ke perdamaian kedua Korea yang bisa berdampak ke Kawasan Asia Pasifik.

Sayang, langkah awal itu berantakan. Di pertemuan kedua di Hanoi, Vietnam, Trump keluar dari gelanggang.

Setelah itu Trump lengser dari Gedung Putih karena kalah Pilpres AS. Pendulum konflik kembali ke asal, seperti sebelum ada pertemuan tingkat tinggi di zona demiliterisasi.

Pyongyang secara efektif telah menyerah pada proses menuju perdamaian itu. Mereka yakin lawannya tidak punya itikad dan komitmen baik.

Pyongyang tidak punya pilihan lagi, dan terus mengembangkan program nuklirnya dan semakin memperkuat posisinya, diperkuat konteks geopolitik sehubungan dengan Rusia dan Tiongkok.

Ulasan Robert Carlin dan Siegfried Hecker memang tidak memberikan bukti keras Korea Utara menempuh jalur tersebut.

Keduanya hanya mengandalkan perubahan dalam retorika Pyongyang untuk menyatakan klaim dan sikap Korea Utara dalam manuver militer dan politik bukan sebatas gertakan.

Di luar Semenanjung Korea, ada banyak hal telah berubah sesudah 2019. Pemerintahan Presiden Joe Biden tidak tertarik bernegosiasi dengan Korea Utara.

Sementara di Seoul yang berkuasa saat ini Yoon Suk-yeol, tokoh yang menentang kepemimpinan Korut, pro-Jepang dan telah meninggalkan pendekatan ala Moon Jae-in.

Di sisi lain, konfrontasi politik AS terhadap Rusia dan Tiongkok telah memberikan pilihan baru kepada Korea Utara untuk menumbangkan isolasi era unipolaritas Amerika.

Orang-orang menonton layar televisi yang menayangkan siaran berita dengan rekaman file pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, di sebuah stasiun kereta api di Seoul pada 13 April 2023. Korea Utara menembakkan rudal balistik pada 13 April, kata militer Seoul, mendorong Jepang untuk secara singkat mengeluarkan peringatan mencari perlindungan kepada penduduk di wilayah utara Hokkaido.
Orang-orang menonton layar televisi yang menayangkan siaran berita dengan rekaman file pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, di sebuah stasiun kereta api di Seoul pada 13 April 2023. Korea Utara menembakkan rudal balistik pada 13 April, kata militer Seoul, mendorong Jepang untuk secara singkat mengeluarkan peringatan mencari perlindungan kepada penduduk di wilayah utara Hokkaido. (Jung Yeon-je / AFP)

​Pyongyang, yang berada di bawah sanksi ketat PBB atas program senjata nuklirnya, terus melakukan uji coba senjata tahun ini termasuk rudal balistik hipersonik berbahan bakar padat.

Kim Jong-un juga menjajal drone serangan bawah air berkemampuan nuklir. Ini perkembangan signifikan kemampuan maritim Korut.

Uji tembak rudal jelajah Rabu pagi sesungguhnya tidak terlarang berdasarkan ketentuan sanksi PBB. Tapi ini sinyal kuat kesiapan Korut menghadapi musuhnya di selatan.

Karena itu Staf Gabungan Korsel memantau ketat aktivitas lebih lanjut yang dilakukan Korea Utara.

Rudal jelajah cenderung berbahan bakar jet dan terbang pada ketinggian yang lebih rendah dibandingkan rudal balistik yang lebih canggih.

Para analis militer mengatakan rudal tersebut dapat menimbulkan risiko bagi Korea Selatan dan Jepang karena lebih sulit dideteksi radar.

Kim Jong-un beberapa waktu lalu secara provokatif menyatakan Pyongyang mempercepat pengembangan senjatanya dan mengeluarkan ancaman konflik nuklir.

Ancaman Jong-un itu muncul seiring agenda Jepang, Korea Selatan, dan AS yang memperluas latihan militer gabungan.

Kim Jong-un menganggap latihan militer gabungan tiga negara itu adalah persiapan invasi ke Korea Utara.

Kim Jong Un juga telah mengubah sikapnya secara fundamental, mengabaikan tujuan unifikasi dengan Korea Selatan, dan kini menyebut saudaranya di selatan sebagai “musuh utama”.

Setelah beberapa tahun lalu Korut meledakkan gedung di perbatasan dengan Korsel yang dibangun sebagai jembatan rekonsiliasi, Jong-un diduga telah menghancurkan monumen Pyongyang setinggi 30 meter (100 kaki) yang melambangkan tujuan rekonsiliasi dengan Korea Selatan.

NK News, sebuah publikasi online yang memantau perkembangan di negara tersebut, mengatakan citra satelit yang diambil pada Selasa lalu menunjukkan Monumen Tiga Piagam Reunifikasi Nasional, yang secara informal dikenal sebagai Lengkungan Reunifikasi, sudah tidak ada lagi.

Ini adalah Langkah drastis yang menunjukkan kekerasan hati Kim Jong-un, pemimpin di negeri paling tertutup di dunia ini.

Lantas, apakah benar perang akan kembali berkobar di Korea? Ada beberpa faktor kunci yang bisa menentukannnya.

Faktor itu terkait geopolitik. Secara historis dan politis, China adalah kekuatan utama di balik Korut, meski kadang ada perbedaan dengan Kim Jong-un.

Dalam beberapa hal Kim Jong-un bukan sosok yang mau disetir oleh Beijing. Tapi faktor China akan menentukan, sebagaimana posisi AS terhadap Korsel.

Kedua kekuatan adidaya ini bisa menentukan apakah ketegangan akan pecah terbuka jadi konflik, atau tetap dijaga keseimbangannya supaya berlangsung seperti sekarang.

Jika satu dari dua kekuatan ini membuka peluang konflik terbuka, maka tombol pertempuran akan langsung dipencet Kim Jong-un.

Sejauh ini, AS dan China masih berusaha mengerem agar ketegangan di Semenajung Korea tidak pecah bisul jadi perang terbuka.

Masih ada spot konflik di Timur Tengah dan Ukraina, yang lebih jadi perhatian AS saat ini ketimbang terperosok di spot konflik baru yang bisa menguras energi dan keuangan mereka.

Sementara China seperti biasa, tidak menunjukkan sikap agresif seperti AS, namun juga telah siap jika konflik militer terjadi sewaktu-waktu.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas