Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Bagaimana Intelijen Manfaatkan Gembong Teror Jadi Aset Peperangan?
Di Afghanistan, CIA melatih dan mempersenjatai kelompok Mujahidin dalam perangnya melawan tentara merah Soviet. Kelak Al Qaeda muncul di Afghanistan.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Siapakah Abu Musab al-Zarqawi?
Abu Musab al-Zarqawi lahir sebagai Ahmed Fadhil Nazar al-Khalaylah tetapi kemudian mengubah namanya untuk mencerminkan tempat kelahirannya, Zarqa.
Ini sebuah kawasan industri dekat Amman, Yordania. Keluar-masuk penjara di masa mudanya, dia menjadi radikal selama berada di balik jeruji besi.
Zarqawi melakukan perjalanan ke Afghanistan untuk berperang bersama mujahidin yang didukung CIA melawan Soviet di Afghanistan pada akhir tahun 1980an.
Sekembalinya ke Yordania, ia membantu mendirikan kelompok militan Islam lokal bernama Jund al-Sham dan dipenjarakan pada 1992.
Setelah dibebaskan dari penjara setelah mendapat amnesti umum, Zarqawi kembali ke Afghanistan pada 1999.
Media The Atlantic mencatat Zarqawi pertama kali bertemu Osama bin Laden pada saat itu, yang mencurigai kelompok Zarqawi telah disusupi oleh intelijen Yordania, saat berada di penjara.
Zarqawi kemudian meninggalkan Afghanistan menuju wilayah Kurdistan yang pro-AS di Irak utara. Ia mendirikan kamp pelatihan para pengikutnya pada tahun-tahun menentukan 2001.
Karena ingin melibatkan Irak dalam serangan 9/11, tidak lama kemudian para pejabat pemerintahan Bush segera memanfaatkan kehadiran Zarqawi untuk menutupi agenda geopolitik Washington di sana.
Pada Februari 2003, di Dewan Keamanan PBB, Menteri Luar Negeri AS Colin Powell mengklaim kehadiran Zarqawi di Irak membuktikan Saddam menyembunyikan jaringan teroris, sehingga memerlukan invasi AS.
Menurut Dewan Hubungan Luar Negeri, "Pernyataan ini kemudian dibantah, namun hal ini membuat nama Zarqawi menjadi sorotan internasional."
Powell menyampaikan klaim tersebut meskipun wilayah Kurdi di Irak, tempat Zarqawi mendirikan basisnya, secara efektif berada di bawah kendali AS.
Angkatan udara AS memberlakukan zona larangan terbang di wilayah tersebut setelah Perang Teluk 1991.
Badan intelijen luar negeri Israel, Mossad, juga eksis sejak lama di wilayah ini, sebuah kenyataan yang diakui secara aktif dan tetap diwaspadai Iran.