Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Bagaimana Intelijen Manfaatkan Gembong Teror Jadi Aset Peperangan?

Di Afghanistan, CIA melatih dan mempersenjatai kelompok Mujahidin dalam perangnya melawan tentara merah Soviet. Kelak Al Qaeda muncul di Afghanistan.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Bagaimana Intelijen Manfaatkan Gembong Teror Jadi Aset Peperangan?
AFP/AHMAD AL-RUBAYE
Seorang anggota bersenjata Saraya al-Salam (Brigade Perdamaian), sayap militer yang berafiliasi dengan ulama Syiah Moqtada al-Sadr, mengarahkan granat berpeluncur roket selama bentrokan dengan pasukan keamanan Irak di Zona Hijau Baghdad pada 30 Agustus 2022. - Pertempuran antara Pasukan saingan Irak kembali di Baghdad, di mana 23 pendukung pemimpin Syiah Moqtada Sadr telah ditembak mati sejak Senin, menurut jumlah korban terbaru oleh petugas medis. Bentrokan antara pendukung Sadr dan tentara dan orang-orang Hashed al-Shaabi, mantan paramiliter yang terintegrasi ke dalam pasukan Irak, telah mereda semalam tetapi berlanjut lagi pada pagi ini. (Photo by Ahmad Al-rubaye / AFP) 

Siapakah Abu Musab al-Zarqawi?

Abu Musab al-Zarqawi lahir sebagai Ahmed Fadhil Nazar al-Khalaylah tetapi kemudian mengubah namanya untuk mencerminkan tempat kelahirannya, Zarqa.

Ini sebuah kawasan industri dekat Amman, Yordania. Keluar-masuk penjara di masa mudanya, dia menjadi radikal selama berada di balik jeruji besi.

Zarqawi melakukan perjalanan ke Afghanistan untuk berperang bersama mujahidin yang didukung CIA melawan Soviet di Afghanistan pada akhir tahun 1980an.

Sekembalinya ke Yordania, ia membantu mendirikan kelompok militan Islam lokal bernama Jund al-Sham dan dipenjarakan pada 1992.

Setelah dibebaskan dari penjara setelah mendapat amnesti umum, Zarqawi kembali ke Afghanistan pada 1999.

Media The Atlantic mencatat Zarqawi pertama kali bertemu Osama bin Laden pada saat itu, yang mencurigai kelompok Zarqawi telah disusupi oleh intelijen Yordania, saat berada di penjara.

BERITA REKOMENDASI

Zarqawi kemudian meninggalkan Afghanistan menuju wilayah Kurdistan yang pro-AS di Irak utara. Ia mendirikan kamp pelatihan para pengikutnya pada tahun-tahun menentukan 2001.

Karena ingin melibatkan Irak dalam serangan 9/11, tidak lama kemudian para pejabat pemerintahan Bush segera memanfaatkan kehadiran Zarqawi untuk menutupi agenda geopolitik Washington di sana.

Pada Februari 2003, di Dewan Keamanan PBB, Menteri Luar Negeri AS Colin Powell mengklaim kehadiran Zarqawi di Irak membuktikan Saddam menyembunyikan jaringan teroris, sehingga memerlukan invasi AS.

Menurut Dewan Hubungan Luar Negeri, "Pernyataan ini kemudian dibantah, namun hal ini membuat nama Zarqawi menjadi sorotan internasional."

Powell menyampaikan klaim tersebut meskipun wilayah Kurdi di Irak, tempat Zarqawi mendirikan basisnya, secara efektif berada di bawah kendali AS.


Angkatan udara AS memberlakukan zona larangan terbang di wilayah tersebut setelah Perang Teluk 1991.

Badan intelijen luar negeri Israel, Mossad, juga eksis sejak lama di wilayah ini, sebuah kenyataan yang diakui secara aktif dan tetap diwaspadai Iran.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas