Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Perang Nuklir Apakah Bakal Segera Terjadi di Asia dan Eropa?

Kim ong-un memimpin penembakan empat rudal balistik ke Laut Jepang sebagai simulasi serangan balasan nuklir oleh musuh-musuhnya.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Perang Nuklir Apakah Bakal Segera Terjadi di Asia dan Eropa?
Kazuhiro NOGI / AFP
Seorang wanita menonton TV jalanan yang menyiarkan berita terbaru tentang peluncuran rudal Korea Utara di Tokyo pada 13 April 2023. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan pada 13 April bahwa rudal yang diluncurkan oleh Korea Utara "tidak jatuh di wilayah Jepang", setelah pemerintah mengeluarkan peringatan kepada penduduk Hokkaido. 

Militer Pyongyang mengklaim sukses menguji coba rudal jelajah berhulu ledak super besar dan rudal anti-pesawat jenis baru.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pekan ini berkunjung ke Beijing, China, dan kemungkinan akan membahas manuver Korut ini dengan timpalannya di  Tiongkok.

Korsel-Korut sejatinya masih berstatus perang, karena belum ada perjanjian pengakhiran perang apapun sejak pecahnya Perang Korea 1950-1953.

Perdamaian nyaris terwujud ketika Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump bertemu di garis perbatasan Korsel-Korut di Panmunjon atau di Zona Demiliterisasi (DMZ).

Sayang, upaya damai Korsel-Korut yang diinisiasi Presiden Korsel saat itu, Moon Jae-in surut saat Trump gagal melanjutkan jabatannya. Begitu pula Moon Jae-in.

Pengganti Moon, Presiden Yoon Suk-yeol, seorang politikus dan mantan Jaksa Agung Korsel yang dikenal bermusuhan dengan Pyongyang.

Perubahan ini membuka kans Kim Jong-un kembali bersikap keras lewat pertunjukan rudalnya yang sangat berbahaya.

BERITA REKOMENDASI

Di antara kekuatan di dunia yang mampu mengerem Kim Jong-un, kemungkinan besar hanya Tiongkok.

Secara historis Perang Korea 1950-1953 menunjukkan pertempuran dua blok kekuatan. Korsel dibekingi AS, sementara Korut mendapat sokongan Beijing.

China saat itu secara militer dan ekonomi belum sekuat sekarang, namun memiliki Parai Komunis China yang sangat militant dan ideologis.

Di Eropa, ancaman perang nuklir diingatkan kembali oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov kaitannya dengan konflik di Ukraina.  

Negara-negara barat yang dipimpin AS menurut Lavrov berpotensi menimbulkan perang besar antara negara-negara nuklir global karena sikap mereka yang secara terbuka bermusuhan terhadap Rusia.


Blok barat juga terus berupaya melemahkan perjanjian pengendalian senjata yang sudah ada. Di era Trump, Washington menarik diri dari sebuah perjanjian dengan Rusia.

Traktat Nuklir Jarak Menengah (INF) ditandatangani pemimpin Soviet dan AS pada 1987. AS saat itu dipimpin Presiden Ronald Reagen, sedang Presiden Mikhail Gorbachev memimpin Uni Soviet

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas