Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Indonesia Vs Jepang, Skor-nya 0-2
Skor 0-2 itu bukan ramalan skor akhir dari Indonesia U-23 vs Jepang U-23.
Editor: Wahyu Aji
Oleh Dr KRMT Roy Suryo
Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen
TRIBUNNERS - Oops, hati-hati, jangan asal baca (dan mem-forward) judul-nya saja sebagaimana banyak kebiasaan sebagian netizen yang tidak mau baca dan saring dulu sebelum sharing, bisa salah dan dikira hasil 0-2 itu adalah ramalan skor akhir dari Indonesia U-23 vs Jepang U-23.
Bukan, karena pertemuan sepak bola tersebut sudah tidak mungkin terjadi pasca kita kalah vs video assistant referee (VAR), eh, Uzbekistan U-23 0-2 dan sesudahnya Jepang U-23 juga menang Vs Irak U-23 kebetulan dengan skor yang sama.
Sehingga Garuda Muda besok harus menghadapi Irak U-23 untuk memperebutkan tempat ketiga jika ingin langsung lolos ke Olimpiade Paris 2024 (meski jika kalah masih ada kesempatan juga, namun harus memenangkan pertandingan vs Guinea U-23).
Jadi yang kalau 0-2 dengan Jepang jadinya apa? Ini adalah "skor" nilai investasi yang rencananya ditanam oleh Microsoft di Indonesia, yakni kita kalah berbanding dua kali, dimana disini rencananya akan menanamkan investasi sebesar 27,6 Triliun sedangkan di Jepang sebesar 46,3 Triliun.
Bagaimanapun juga ini harus disyukuri karena kalau dibandingkan dengan Vietnam kemarin, investasi Apple di sana senilai 255 Triliun sedangkan di Indonesia cuma 1,6 Triliun, kalau diibaratkan main bola juga, kita kalah 0-160, alias sama saja kebobolan tiap setengah menit sekali, sungguh ironis, baru ditaruh ditengah lapangan sudah gol lagi, gol lagi, demikian seterusnya.
Jadi kita beruntung CEO Microsoft Satya Nadella tidak "se-Afgan" CEO Apple Tim Cook kemarin (ini istilah yang lazim dipakai di dunia online market, yang artinya 'sangat tega / sadis'), dimana kalau diperbandingkan dengan Vietnam yang akan membangun puluhan manufaktur di sana, sementara disini Apple hanya akan membangun semacam kursus atau lembaga pendidikan training saja.
Padahal pengguna ponsel di Indonesia mencapai 353,3 juta jiwa dari 278,7 juta penduduk, alias jauh lebih banyak ponselnya dan sebagian diantaranya adalah iPhone dan iPAD dari Apple.
Dalam Konferensi persnya pasca diterima dengan karpet merah di Istana, Satya Nadella didampingi Menkominfo yang berlatarbelakang Relawan ProJo, menyampaikan bahwa rencana investasinya di Indonesia tersebut akan difokuskan pada 2 hal utama yakni Pengembangan AI (Artificial Intelligence) dan Pembuatan Cloud-Server.
Ini menarik, karena AI memang sudah menjadi keniscayaan kehidupan bermasyarakat sekarang, utamanya di era Society 5.0 pasca era Industry 4.0.
Di era yang awalnya mulai diinisiasi di Jepang tersebut, kehidupan manusia tidak akan lepas dari AI, Robot & IoT (Internet of Thing). Era disrupsi teknologi sudah dimulai, siap tidak siap, Indonesia memang harus menjalaninya.
Dalam dunia penyiaran saat ini saja setidaknya masyarakat sudah terbiasa dengan nama-nama seperti Anya, Devano, Nadira, Sasya, Jhoni dkk) selaku "Presenter AI dari salah satu TV swasta" yang sudah mulai menjadi "tayangan sehari-hari" masyarakat, meski sampai saat ini AI atau robot masih dikatakan "belum memiliki emosi", namun sedikit banyak sudah muncul konsep Humanoid (gabungan manusia dan robot, dimulai dengan era cyborg) yang sedikit demi sedikit bisa menggunakan algoritma bernuansa emosional tersebut.
Sehingga kalau dulu AI atau robot ini masih terlihat "letterlijk" alias kaku bahkan bulky sesuai dengan apa-apa program yang diisikan kedalamnya, mendatang mereka sudah akan benar-benar bisa belajar jauh lebih humanis dibandingkan dengan AI atau robot-robot jaman awal terdahulu.