Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Gagal Total Patung Garuda IKN, Kado 79 Tahun RI?
Kalau hanya satu atau sekelompok kecil saja masyarakat yang tidak memahami karyanya, mungkin saja dia boleh begitu.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Salahsatunya ketua Ikatan Arsitek Indonesia, I Ketut Rana Wiarcha, yang menjelaskan perlunya melibatkan masyarakat dlm proses perencanaan, agar menciptakan rasa kepemilikan rakyat, termasuk prosedur tata cara & urutan pembangunan.
Hal ini wajar, karena meski sudah (di) menang (kan) di Sayembara yg diselenggarakan oleh PUPR di tahun 2021, Patung tsb dibuat menggunakan Uang Rakyat alias hasil Pajak Masyarakat & bukan Uang Pribadinya, apalagi menghabiskan beaya sangat besar sampai senilai Rp 2 triliun.
Kalau mau jujur, NN sebenarnya juga tidak konsisten dgn Jejak Digital Desain yang pernah digambarkannya di Instagramnya sendiri.
Karena sebagaimana yang sudah ditulis dan dipublikasikannya di hari Kamis 01/04/2021 lalu, dia jelas-jelas merancang bahwa "bulu-bulu pada masing-masing sayap Garuda akan berjumlah 17 helai, 8 helai pada bagian ekor, 19 helai pada pangkal ekor, serta 45 helai bulu pada bagian leher" kata dia sendiri.
Sekarang bagaimana realisasinya? Karena kalau menurut pandangan mata normal, yg tampak hanya masing-masing 4 (empat) sudut lancip di masing2 "bentangan sayap"-nya.
Kalau ini mau diartikan sebagai angka 4 + 4 = 8 (Agustus), lalu dimana angka 17 dan 45 sebagaimana Lambang Garuda Pancasila? Kalaupun akhirnya dia bilang ini "bukan Garuda Pancasila", terus Garuda apa? Bukankah tujuan Patung itu untuk memvisualkan Lambang Negara tsb, bukan sekedar asal patung saja.
Sekalilagi kalau soal desain (Bangunan berbentuk Burung), sebenarnya juga tidak murni 100 persen orisinal, karena meski berbeda pose-nya, Patung Burung Raksasa sebelumnya sdh ada di Jatayu Earth’s Centre, Negara Bagian Kerala, India.
Memiliki panjang 61 m dgn 21 m & lebar sayap 45 m, sempat membuatnya memperoleh predikat sebagai patung burung terbesar di dunia karena dibuat th 2011.
Patung karya Seniman India Rajiv Anchal ini menceritakan kisah Ramayana dimana Jatayu berjuang melawan Rahwana saat berusaha menyelamatkan Shinta, meski akhirnya kalah dan tinggal satu sayapnya.
Meski lebih besar bangunan Istana Garuda di IKN dgn 177 m dan lengkungan sepanjang 239 m & tinggi 77 m yang dibuat dgn 4650 baja dari PT Krakatau Steel) dan total bobot patung tsb adalah 1.398,3 ton, namun ini harusnya bukan dinilai soal besar-besaran ukurannya saja.
Dengan demikian kalau dari sisi penggambaran akhirnya tidak bisa mencerminkan desain "Garuda Pancasila" sebagaimana karya putera Kalimantan Sultan Hamid II yg digunakan sebagai Lambang Negara kita, terus buat apa Patung besar yang malah menjadi cibiran dan cemoohan masyarakat tersebut?
Sudah biaya sangat mahal, pose-nya merunduk (malu) & samasekali tidak gagah ? (Catatan: bedakan antara "Gagah" dan "Sombong", karena kemarin sempat dicari2 alasan kepala merunduk agar "tidak sombong" katanya).
Demikian juga -katanya- kepala Garuda dibuat tidak menoleh kekanan agar tidak hanya menonjolkan Indonesia bagian barat (?) sebuah alasan yg mengada-ada dan sangat tidak masuk akal selain mau coba ngeles atas kegagalan hasil akhirnya.
Namun masih ada yg disyukuri bahwa meski pernah memperoleh Tanda Jasa Adiutama dari salahsatu kampus di Bandung th 2009, NN kemarin tidak termasuk dalam tokoh2 yg diberi Tanda Jasa dan Penghargaan dari Negara sebagaimana yg didapat oleh Menteri Komunikasi & Informatika Budi Arie Setiadi.