Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Blog Tribunners

BRICS dan Astacita Prabowo-Gibran

Dengan masuk BRICS, Indonesia akan dapat membuka akses pasar yang lebih luas bagi hasil produksi perindustrian nasional. 

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Erik S
zoom-in BRICS dan Astacita Prabowo-Gibran
Istimewa
Ketua LIPAN RI H Harun Prayitno SE SH MH bersama Kepala BPN Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 

Oleh: H Harun Prayitno SE SH MH
Ketua LIPAN RI

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pemerintah Brasil, Senin (6/1/2025), mengumumkan Indonesia telah resmi menjadi anggota penuh BRICS (Brasil, Rusia, India, China dan South Africa).


BRICS adalah organisasi internasional atau antarnegara yang berdiri sejak 2009 dan mulanya terdiri atas Brasil, Rusia, India dan China (keempatnya adalah anggota awal atau orisinil), South Africa atau Afrika Selatan (masuk tahun 2011), Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab. Total ada 9 negara. Ditambah Indonesia, kini jadi 10 negara anggota BRICS


Masuknya Indonesia ke dalam BRICS salah satunya untuk mewujudkan Astacita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. 

Baca juga: Menlu RI Respons Nada-nada yang Cibir Keputusan Indonesia Masuk BRICS: Wujud Politik Bebas Aktif


Astacita adalah 8 misi yang diusung Prabowo-Gibran untuk mewujudkan visi, yaitu "Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045."


Butir kedua dari Astacita adalah, "Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru."


Lantas, apa manfaat dan mudaratnya Indonesia bergabung dengan BRICS

Berita Rekomendasi


Ada yang berpandangan bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS akan membawa mudarat, karena kontraproduktif atau bahkan bertentangan dengan prinsip politik luar negeri Indonesia, yakni bebas aktif. Padahal sebenarnya tidak, karena BRICS bukan blok pertahanan laiknya NATO. BRICS adalah blok ekonomi negara-negara Selatan. 


Diketahui, sejak era 1980-an dunia dikuasai oleh Blok Timur yang dipimpin Uni Sovyet, kini Rusia, dan Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Perang dingin pun terus terjadi antara Blok Timur dan Blok Barat. Nah, di antara Blok Timur dan Blok Barat itulah Indonesia mengambil posisi di tengah-tengah, konsisten dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif. 


Bebas berarti independen, tidak memihak ke Blok Timur atau Blok Barat. Aktif berarti berperan aktif ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, sebagaimana diamanatkan Alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Indonesia pun bergabung ke dalam negara-negara Non-Blok. 


Kini, pasca-runtuhnya Uni Sovyet, dunia dikuasai oleh AS dan negara adidaya baru bernama China atau Tiongkok.


Sebab itulah, begitu dilantik menjadi Presiden RI, Prabowo langsung melakukan kunjungan kenegaraan ke China dan AS. Kedua negara itu sama-sama penting bagi Indonesia. 


Apalagi sejak 2018 terjadi perang dagang antara AS dan China. Mereka saling pasang tarif pajak tinggi terhadap masuknya produk ke negara masing-masing. Usai dilantik sebagai Presiden AS nanti, Donald Trumph juga mengancam akan menaikkan tarif tambahan 10 persen bagi produk-produk asal China. Perang dagang China-AS pun akan kian sengit. 


Blessing in Disguise

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas