TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menggunakan kain warna putih berikut dandanan putih, hitam, dan merah di wajah, pria berperan menyerupai 'hantu' pocong ini tiba-tiba hadir di tengah-tengah ratusan buruh yang sedang melakukan aksi di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, Minggu (8/2/2015) pagi.

Tiba-tiba pria menyerupai pocong ini tiba-tiba datang dari samping kiri mendekati peserta aksi. Melihat sang pocong datang sambilmelompat-lompat, salah seorang pria pun langsung menarik si pocong ke dalam tengah barisan paling depan.

Para pesetra aksi sempat melakukan senam pocong. Dengan mengangkat kedua tangan seperti bertapa ke atas kepala, menggoyangkan badan kemudian sambil melompat-lompat. Gaya itu serentak dilakukan mereka sambil tertawa.
Hal tersebut seusai arahan sang orator yang menggunakan alat pengeras suara.

Sontak terdengar kata 'Hidup pocong' dari salah satu peserta aksi. Dengan menirukan suara hantu sembari tertawa.

"Hihi..hihi.." Nada teriakan mereka.

Pamandangan menarik itu sempat menyita perhatian publik yang sedang melakukan olahraga di area carfreeday tersebut.

Pocong ini juga ikut berjlalan bersama para buruh mengitari Bundaran HI.

Nampak sejumlah masyarakat ikut mengabadikan momen tersebut dengan berfoto-foto.

Sedikitnya ada 300 buruh yang tergabung dari Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) yang melakkukan pawai 'gerhana KPK' di area Carfreeday itu.

Sambil melakukan orasi mereka mengitari Bundaran HI. Para buruh yang menggunakan seragam hitam merah itu juga membentangkan spanduk yang bertuliskan 'Save KPK We are Never stop to Support KPK..For justice an truth..'

Menurut mereka, tindakan kriminalisasi terhadap KPK merupakan sama saja seperti upaya jahat untuk melindungi para koruptor di negeri ini. Oleh karenanya, sebutnya, lembaga negara itu harus dilindungi agar anak cucu bangsa ini tidak mengenal apa yang dinamakan koruptor.

"Bagi kami buruh dan petani beserta seluruh rakyat Indonesia, melindungi KPK adalah bagian dari pemberantasan korupsi," kata Devisi Àksi Nasional Garda Metal M Nur Faroji kepada wartawan di lokasi.

Laporan Wartawan Tribunnews.com,
Rahmat Patutie