Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

NEWSVIDEO: Dahulu Kala, Jenazah Dikubur Jongkok di Dalam Waruga

Seiring berjalannya waktu, wabah penyakit kolera pun muncul akibat bau dari jenazah yang menguap dari waruga.

Editor: Sapto Nugroho

Laporan Reporter Tribunnews Video, Alexander Pattyranie

TRIBUNNEWS.COM, MINAHASA UTARA - Sekitar 100 meter dari jalan raya Desa Sawangan, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara terdapat pekuburan dari bahan batu dengan bentuk unik. Pekuburan ini biasa disebut waruga.

Setiap waruga memiliki dua bagian, yakni bagian bawah yang berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada ruang dan bagian atas yang berbentuk segitiga seperti atap rumah.

"Waruga adalah kuburan tua di Minahasa, itu dari batu bukan cor. Dipahat dua bagian untuk tutup dan tempat penyimpanan jenazah. Jenazahnya dalam batu bukan dalam tanah, kemudian diletakkan dalam posisi jongkok karena untuk dikembalikan ke posisi (seperti) waktu dalam kandungan," ungkap Juru Pelihara Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulutenggo yang ditempatkan di waruga Sawangan, Anton Jatuna, saat ditemui di kediamannya, sekitar 20 meter dari kompleks waruga, Kamis (7/5/2015).

Ia menambahkan, sesuai penelitian Balai Arkeologi, waruga itu sudah ada sejak tahun 800 Masehi.

"Waruga yang paling tua itu sesuai penelitian Balai Arkeologi dari (tahun) 800 (Masehi). Waruga itu ada dua macam, yang polos dan bermotif. Motifnya menggambarkan status dia ketika masih hidup sesuai profesinya. Waruga juga dipakai untuk keluarga, jadi bukan hanya untuk satu orang. Motifnya macam-macam, ada motif garis-garis, itu menandakan berapa isinya (jenazah) di dalam," tambah pria yang mengaku sedang kurang sehat itu.

Selain itu, lanjut dia, barang-barang kesayangan milik orang yang meninggal tersebut juga ikut dimasukkan ke dalam waruga.

Berita Rekomendasi

"Dulunya, waruga itu diletakkan di muka rumah, samping rumah, atau belakang rumah. Kemudian barang-barang kesayangan seperti perhiasan dimasukkan di dalamnya," ungkap pria asal Gorontalo yang sejak tahun 80-an sudah menetap di Desa Sawangan ini.

Seiring berjalannya waktu, tambah dia, wabah penyakit kolera pun muncul akibat bau dari jenazah yang menguap dari waruga. Cara itu pun selanjutnya dihentikan dan beralih ke peti mati.

Adapun waruga-waruga itu kemudian dikumpulkan dan ditempatkan pada tempat ini untuk dilestarikan. Kini tempat tersebut telah menjadi objek cagar budaya.(*)

Sumber: Tribun Manado
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas