VIDEO: Daniel Tolak Rp 180 Juta untuk 3.000 Kaset Pitanya
Menurutnya, ada sensasi mendengarkan musik lewat kaset pita yang tidak akan didapatkan dengan mendengarkan lewat piranti modern.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Lampung, Yoga Noldy Perdana
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Saat ini merupakan era digital yang serba canggih. Misalnya untuk mendengarkan musik, kita lebih akrab menggunakan alat bantu seperti MP3, MP4, ataupun lewat Compact Disc.
Namun, di Kota Bandar Lampung, masih ada orang yang setia untuk mendengarkan musik lewat kaset pita.
Terkesan zaman dulu (zadul) dan kuno memang, Namun tidak bagi Daniel H Ghanie, warga Jalan Antasari, gang Mulya Jaya, Kedamaian Bandar Lampung.
Menurutnya, ada sensasi mendengarkan musik lewat kaset pita yang tidak akan didapatkan dengan mendengarkan lewat piranti modern.
Ketika Tribun Lampung menyambangi kediamannya, tampak sebuah rak kayu yang menempel di dinding berukuran kurang lebih 50 cmx100 cm berisi ratusan kaset pita yang tersusun rapi.
Daniel mengatakan, seluruh kaset pita miliknya dikumpulkan sejak tahun 1980-an.
“Awal mulanya saya senang mengumpulkan kaset pita ketika tinggal di Jakarta bersama kakak. Dia sering beli-beli kaset juga, berhubung saya memang hobi mendengarkan musik, akhirnya saya terus mengumpulkan kaset pita sampai sekarang,” ujar pria yang memiliki koleksi 3000-an kaset pita ini.
Ditanya perihal jenis koleksinya, Daniel mengatakan hampir semua aliran lagu ia miliki, dari jazz, rock, pop, dangdut, hingga tradisional.
“Semua aliran musik saya suka, namun yang menjadi perhatian saya adalah musik jazz. Asalkan bentuknya berupa kaset pita pasti saya beli," ujar Daniel, Jumat (7/8/15).
"Mungkin saat ini sudah banyak yang tidak mengenal lagi dengan kaset pita ya, wajarlah seiring berkembangnya teknologi, berhubung jika mendengarkan lewat kaset pita pasti repot untuk mengulang lagu harus di-rewind segala, namun bagi saya pribadi, itu adalah suatu kenikmatan tersendiri."
Menurutnya, di situlah letak seninya. Ada perbedaan ketika mendengarkan sebuah lagu dari kaset pita dengan media digital.
"Yaitu, pada media digital, seperti MP3/MP4 ataupun CD, kesan musik yang dihasilkannya terkesan tipis atau kering. Namun hasil suara yang ditimbulkan pada kaset pita itu suara tebal, natural dan beda," kata Daniel.
"Perbedaan tersebut yang membuat saya pribadi tetap konsisten untuk mendengarkan alunan musik lewat kaset.”
Masalah perawatan dari kaset pita, lanjut Daniel, memang agak merepotkan, dengan ribuan kaset yang dimiliknya.
Daniel harus telaten membersihkan satu persatu kasetnya agar terhindar dari jamur.
“Kelemahan dari kaset pita ini adalah jamur, jadi sekitar dua minggu sekali saya pasti rutin membersihkan sekaligus menikmati alunan musik dari kaset-kaset tersebut. Kelebihan lain dari kaset sendiri adalah karena koleksi saya mayoritas kaset dari tahun 70-an sampai era 90-an, di situ terdapat penyanyi artis-artis lama yang lagunya sekarang ini albumnya tidak lagi diterbitkan," katanya.
"Jadi kita bisa mendengarkan album-album langka contohnya seperti album Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) tahun 70-an, di situ kita masih bisa menikmati alunan suaranya Chrisye, Yockie Suryoprayogo, ataupun Ahmad Albar ketika mereka masih remaja.”
Daniel pun menegaskan tidak akan menjual koleksi kaset-kasetnya tersebut.
“Koleksi ini merupakan salah satu harta berharga yang saya miliki, dulu pernah ada yang ingin memborong seluruh kaset saya seharga Rp 60.000 per kasetnya, dikalikan saja dengan 3.000 biji lumayan jumlahnya," ujarnya.
"Namun masalahnya bukan di uang, kalau uang bisa dicari, tetapi memori, kenangan, ataupun kisah perjuangan saya dalam berburu kaset tersebutlah yang tidak bisa dibeli oleh apapun. Ini akan saya simpan selamanya," kata Daniel. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.