Capim KPK Jimly Asshiddiqie: "Saya Stres Ngadepin Sembilan Ibu-ibu"
Selain pemaparan strategi penegakan hukum dan pencegahan dalam menangani korupsi di Indonesia, mantan Ketua MK tersebut membuat para hadirin tertawa.
Penulis: Lendy Ramadhan
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribunnews, Lendy Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam tes seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Capim KPK) di Gedung Sekretariat Negara (Setneg), Jl Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (25/8/2015), mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie menilai KPK harus menjadi lembaga permanen seperti Kejaksaan dan Kepolisian.
"Motif saya jadi pimpinan KPK adalah menyelamatkan KPK dari ancaman pembubaran, yang sekarang ini marak dihembuskan," ujarnya saat dikonfirmasi pansel KPK dalam tes tersebut.
"Ya memang pada awalnya KPK dibentuk untuk sementara, tetapi lembaga itu terbukti punya kultur yang baik sejak awal untuk memberantas korupsi," katanya.
Ia memaparkan, akan berkordinasi dengan pihak internal KPK di bulan pertama bila terpilh menjadi pimpinan KPK.
Berdasarkan pengalamannya, suatu lembaga, bila ada pimpinan baru pasti ada gap antara pimpinan baru tersebut dengan para pegawai sehingga sulit untuk melakukan terobosan.
Selain pemaparan strategi penegakan hukum dan pencegahan dalam menangani korupsi di Indonesia, mantan Ketua MK tersebut membuat para hadirin tertawa.
Ia mengaku stres berhadapan dengan para pansel yang semuanya perempuan.
"Ini saya udah banyak omong gini belom satu jam ini?" tanyanya kepada para pansel.
"Belum pak, kita masih ada 30 menit lagi," jawab Ketua Pansel KPK, Destry Damayanti.
"Waduh saya stres ini ngadepin sembilan ibu-ibu, satu ibu-ibu saja sudah stres," ucap Jimly dalam tes tersebut yang disambut tawa hadirin dan para pansel.
Dalam tes tersebut, Jimly mendapat nomer urut ketiga setelah Direktur Gratifikasi KPK Giri Suprapdiyono dan Purnawirawan Polisi Militer Hendardji Soepandji. (*)