Demam Batu Akik Mulai Redup, Pembeli Lebih Memilih Batu Mulia
Untuk batu mulia dijual berdasarkan karat. Untuk tiap karatnya bernilai antara Rp 20 ribu hingga ratusan ribu, tergantung dari jenis batu mulia.
Editor: Sapto Nugroho
Laporan Reporter Tribunnews Video, Ratino Taufik
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Setelah sempat booming beberapa waktu lalu, demam batu akik kini perlahan-lahan mulai redup.
Turunnya peminat batu akik diakui oleh padagang batu akik.

Pameran batu akik dan batu mulia di Pekan Inovasi RRI 2015, Banjarmasin, Sabtu (29/8/2015). (Banjarmasin Post/Ratino Taufik)
Dijumpai di Pekan Inovasi RRI 2015, yang digelar di halaman Kantor RRI Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (29/8/2015), Anas, salah satu penjual batu akik, mengakui kalau peminat batu akik mulai berkurang.
"Penjualan mulai menurun. Berbeda jika dibandingkan dua bulan lalu," katanya.

Pameran batu akik dan batu mulia di Pekan Inovasi RRI 2015, Banjarmasin, Sabtu (29/8/2015). (Banjarmasin Post/Ratino Taufik)
Diungkapkannya, menjelang Idul Adha pembeli cenderung lebih memilih batu mulia ketimbang batu akik.
"Batu mulia seperti safir yang saat ini banyak dicari. Kalau untuk batu akik memang masih ada yang mencari. Tapi kebanyakan yang punya motif atau corak tertentu saja," ungkapnya.
Untuk batu mulia, lanjutnya, dijual berdasarkan karat. Untuk tiap karatnya bernilai antara Rp 20 ribu hingga ratusan ribu, tergantung dari jenis batu mulia.
Bagaimana dengan Red Borneo, yang merupakan batu asli Kalimantan Selatan? Anas mengaku, lantaran terlalu banyak jenisnya, Red Borneo harganya relatif tidak stabil.
"Red Borneo banyak macamnya. Tergantung kualitasnya. Kalau merahnya seperti semangka, wah itu harganya bisa jutaan," ujarnya.(*)