Kalbar Menggugat: “Rimba yang Dulu Perkasa, Kini Tinggal Cerita”
“Ooooo jelas kami kecewa menatap rimba yang dulu perkasa, kini tinggal cerita, pengantar lelap si buyung.”
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Reporter Tribun Pontianak, Novi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - “Ooooo jelas kami kecewa menatap rimba yang dulu perkasa, kini tinggal cerita, pengantar lelap si buyung.”
Begitu bunyi penggalan lagu dari Iwan Fals yang berjudul Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi, lagu ini dikemumandangkan oleh peserta aksi damai “Kalbar Menggugat” di bundaran Digulis Untan, Jumat (11/9/2015).
Peserta aksi kecewa lantaran belantara rimba Kalbar kini berubah baik menjadi konsesi perkebunan, hingga menjadi arang sisa pembakaran lahan yang menyumbang asap di seantero Kalbar.
Khusus kebakaran hutan dan lahan menurut peserta aksi penegakan hukum yang nyata, baru dilakukan kepada masyarakat petani, belum menyentuh korporasi.
Koordinator aksi, M Lutharif mengatakan sampai hari ini penegakan hukum menunjukkan bahwa hanya masyarakat kecil yang ditangkap dan diperiksa oleh kepolisian Kalbar untuk mempertanggungjawabkan atas kebakaran yang ada.
Menilik data yang mereka miliki, kondisi kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kalbar itu tidak hanya terjadi di luar konsesi perusahaan, tetapi juga ada di dalamnya.
“Ini upaya serius kita mendesak Polda Kalbar untuk melakukan penindakan terhadap kebakaran hutan dan lahan di Kalbar,” kata pria yang disapa Anong ini.
Anong menuturkan, Polda Kalbar harus melakukan pemeriksaan dan menangkap pelaku pembakaran terutama pengusaha-pengusaha besar.
Korporasi ditengarai menjadi penyumbang terbesar asap akibat kebakaran lahan di wilayah konsesinya.
Sebab Presiden Jokowi juga telah menginstruksikan agar penindakan dilakukan terhadap upaya sengaja maupun pihak yang lalai dalam kasus pembakaran lahan.
“Katanya ada upaya dan arah untuk melakukan pemeriksaan di wilayah-wilayah konsesi dan itu yang akan kita kawal terus dan dalam waktu dekat dari perwakilan koalisi masyarakat sipil akan melaporkan beberapa kasus kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di wilayah perusahaan-perusahaan besar di Kalbar,” katanya.
Berdasarkan data yang dihimpun Tribunpontianak.co.id dari BMKG Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak, pada Jumat saja jumlah titik panas yang terpantau melalui satelit modis, terdapat 505 titik panas yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Kalbar.
Kabupaten Ketapang menduduki peringkat tertinggi dengan 349 titik panas.
Aksi ini dimulai sekira pukul 13.00 Wib dan berakhir saat azan ashar berkumandang.
Polda Kalbar mengutus Direktur Sabhara Kombes Badya untuk memimpin anak buahnya mengawal jalannya aksi.
Sempat terjadi sedikit adu mulut antara Kombes Badya dan seorang orator, saat itu orator meminta agar segerombolan polisi yang menggunakan rompi untuk digeser lantaran dianggap berlebihan dalam mengamankan jalannya aksi.
Namun kedua pihak kemudian mengakhiri friksi ini saat azan berkumandang. (*)