Merasa Dipermainkan, Guru Honorer Tutup Jalan
lagu wajib secara lantang di depan Kantor Kementrian Pemuda dan Olah-raga
Penulis: Lendy Ramadhan
Editor: Bian Harnansa
Laporan Wartawan Tribunnews, Lendy Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam unjuk rasa yang awalnya digelar di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (15/9/2015), para guru melakukan long march ke kantor Kementrian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Dalam long march tersebut, tiba-tiba para guru itu menghentikan langkahnya, lalu melakukan aksi tidur dan duduk di tengah Jalan Gerbang Pemuda, Senayan, Jakarta Selatan.
Mereka tidur dan duduk sambil bernyanyi lagu-lagu wajib secara lantang di depan Kantor Kementrian Pemuda dan Olah-raga (Kemenpora).
Sontak saja, sebagian pengguna jalan yang mayoritas pengemudi kendaraan bermotor kesal.
Mereka menunjukkan kekesalannya dengan cara membunyikan klakson.
Peristiwa tersebut langsung dibalas sorakan "wu" oleh para guru honorer yang sedang berunjuk-rasa tersebut.
Para guru melakukan aksi tersebut, karena mereka merasa dipermainkan dan tidak terima pimpinannya dimarahi.
"Tutup jalan dalam rangka tadi kami demo di DPR RI, katanya harus demo ke Kemenpan, nah di Kemenpan katanya Kapolda Metro Jaya memarahi pimpinan kami," ucap seorang guru honorer bernama Tatan Abdul Razak, ketika dikonfirmasi Tribunnews tentang aksi tersebut.
Akibat peristiwa itu sejumlah tanaman hias yang ditanam di separator jalan, rusak karena para pengendara sepeda motor yang sedang melintas jalan tersebut, terpaksa menginjaknya untuk menghindar aksi para guru tersebut.
Selain itu lalu-lintas di sekitar jalan yang ditiduri dan diduduki para guru itu, macet total.
Dalam unjuk-rasa tersebut, para guru mengajukan 10 tuntutan.
Satu di antaranya, yaitu pengangkatan status dari honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS