Potret Pendidikan Pulau Terluar: Beratap Daun, Dinding Bambu, dan Beralaskan Tanah
Beratapkan daun alang-alang, berdindingkan pitate (bambu), beralaskan tanah.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Manado, Finneke Wolajan
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - "Yang penting punya bangunan sekolah yang layak, serta meja dan kursi yang tak kecil lagi. Tak muluk-muluk, itu dulu yang menjadi impian kami. Karena jika hujan atau angin keras, belajar kami terganggu."
Demikian asa yang disampaikan Anastasya Metusala, siswi kelas XII IPA di SMA Udamakatraya, ketika ditemui Juli 2015 lalu.
Asa tinggalah asa, dan entah kapan impian itu bisa menjadi kenyataan.
Beratapkan daun alang-alang, berdindingkan pitate (bambu), beralaskan tanah.
Itulah kondisi bangunan sekolah yang berlokasi di Desa Bannada, Kecamatan Gemeh, Kabupaten Kepulauan Talaud.
Meja dan kursi tua, yang tak sesuai ukuran para siswa.
Seperti yang dipakai anak-anak seukuran Taman Kanak-kanak.
Buku pelajaran saja sangat sangat minim, apalagi tenaga guru di sekolah itu.
Sekolah ini berdiri tahun 2012 atas inisiatif warga sekitar sekolah.
Mengingat jika anak-anak memasuki masa SMA, jaraknya cukup jauh, harus ke kecamatan sebelah.
Dibantu sebuah yayasan, warga yang prihatin atas kondisi itu kemudian membangun sekolah ini.
Awalnya, sekolah ini berdiri di kawasan makam Kerajaan Porodisa, kerajaan mula-mula peradaban bangsa Talaud.
Namun Bupati Talaud, Sri Wahyuni, menyuruh agar bangunan ini dipindahkan dari komplek tersebut.
Meski mengenyam pendididkan dengan segala keterbatasan, siswa serta orangtua siswa, maupun guru yang mengajar di sekolah ini tak patah arang.
Mereka tetap semangat memperjuangkan pendidikan.
Mengadakan kegiatan belajar mengajar seperti biasa.
Tahun 2015 sudah 18 siswa yang lulus dari sekolah ini.
Tak ada sepeserpun bantuan pemerintah mengalir di sekolah itu hingga kini.
Sehingga siswa harus membayar Rp 150 ribu per bulan untuk dana komite.
Rp 30 ribu untuk pembangunan dan Rp 120 ribu untuk honor guru.
Tak ada transportasi di desa ini.
Para siswa setiap hari harus jalan kaki menuju sekolah.
Harapan para siswa, guru dan warga desa tak berlebihan.
Hanya secuil bantuan untuk melayakan pendidikan mereka.
Jika melihat desa Bannada yang merupakan desa tertua, awal mula kerajaan Talaud, begitu memiriskan jika kondisi pendidikan di desa ini seperti itu.
Lihat video di atas. (*)