TRIBUNNEWS.COM, FRANKFURT - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Anies Rasyid Baswedan, hadir dalam pameran buku, Frankfurt Book Fair, Jerman, Rabu (14/10/2015).

Pada kesempatan itu, Anies menyampaikan pidato di hadapan para tamu undangan yang mengundang decak kagum. 

Anies menyampaikan, Indonesia memiliki pengalaman yang cukup luas.

Inilah negeri dengan belasan ribu pulau dan lebih dari 700 bahasa, dan lebih dari 300 tradisi lokal, yang selama berabad-abad melalui damai atau perang, keragamanan itu diijalani dengan proses bersama. 

"Indonesia yang kini tegak, bukan Indonesia yang ditegakan lewat penaklukkan. Tapi Indonesia yang dibangun lewat imajinasi," katanya.

"Ratusan bahasa, ratusan suku, memiliki imajinasi bersama untuk membangun negara yang sama, bangsa yang sama, dan bersepakat menggunakan bahasa bersama," ujarnya.

Dan bahasa itu, kata dia, bukan bahasa mayoritas tetapi bahasa minoritas dan disepakati 17 tahun sebelum negara Indonesia terbentuk. 

"Tak banyak bangsa di dunia yang menyepakati bahasa bersama, 17 tahun sebelum hadirnya negara," ungkap Anies, yang disambut riuh tepuk tangan.

Anis menambahkan, bahasa bersama tidak lahir dari undang-undang yang didekritkan oleh negara dan dipaksakan kepada pendudukannya.

"Ini adalah satu contoh, Indonesia dalam mengelola perbedaan, menyatukan bukan meleburkan identitas, tapi dengan mendayagunakan".

Anies juga menyampaikan kebanggaannya terkait perubahan Indonesia, diusianya yang masih 70 tahun.

"Dari 5 persen melek hurup, dan 95 buta huruf, kini kita berbalik mengubah literasi menjadi melek huruf 95 persen," ungkapnya.

"Tidak banyak negara yang berpenduduk sebanyak ini bisa melakukan perubahan itu".

Selengkapnya lihat video di atas. (*)